Sabtu, 09 Agustus 2008

-= Adik Kecilku =-

Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang gadis manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan senyumnya benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas putih..., tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku,maka kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu. Suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku dibuka, lalu aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata gadis itu baru pulang dari sekolahnya..., tapi kok sampai larut malam begini tanyaku dalam hati.Gadis manis itu yang belakangan namanya kuketahui yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil segelas air putih dan meminumnya..., akhirnya dia duduk di kursi sambil mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip. Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam kamarnya. Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas celana dalamnya yang putih dengan gundukan kecil di tengahnya..., lalu saja tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi. Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju dan rok sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya. Sebentar dia bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih dan tangannya mulai meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil juga. Diusapnya payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya mulai masuk ke celananya dan bermain lama. Aku bergetar lemas melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan..., Wowww, belum ada bulunya sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk seperti gunung kecil yang tak berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang bersetubuh. Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan..., naik dan turun..., rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya, Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda..., rupanya dia sedang terangsang berat...., suara nafasnya yang ditahan menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga, Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol..., dibasahi dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang vaginanya, sekarang jari tengahnya mulai juga dicolokkan ke dalam vaginanya..., pertama..., jari itu masuk sebatas kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu setengahnya, dia melenguh, 'Oohh..., ohh..., ahh', tapi heran aku jadinya, jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat rupanya..., lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu..., aku yang menyaksikan semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi. Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang itu. Lalu aku mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang menempelkan vaginanya yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu..., dan tiba-tiba dia melenguh, 'Ahh..., ahh..., ahh', rupanya dia telah mencapai kenikmatan yang dicari-carinya. Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku. Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas vaginanya yang menggembung kecil ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat habis..., dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan kukocok penisku yang sedang dalamn posisi 'ON'. Kuambil sedikit krim pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus, kukocok naik turun dan, 'Akhh', aku mengeluh pendek ketika air maniku muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada vagina Melda yang masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil menyaksikan Melda yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah. Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Melda..., yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinya. Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah. Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur pulas. Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya tidak di kunci,mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu. Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, 'Alaamaak', Melda memakai daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku. 'Ohh..., glekk', aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam seks, itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau ceroboh seperti itu. Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping. Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk. Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu, tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung, ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang. 'Huaa', aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut. Ahh, indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas. Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat. Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada vaginanya yang merekah bak bunga mawar, aroma wanginya yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar vaginanya. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku, kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol clitorisnya yang indah itu. Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh, nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap saja pulas tidurnya. Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda. Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,...nikmat yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti, walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar. Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya..., pelan, pelan dan, 'sleeppp..., sleseppp', kepala penisku yang gundul sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam vagina Melda yang hangat nikmat itu. Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!.., dia, Melda masih pulas saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat, 'Ehhss..., ehh..., sss', seperti orang ngigau.Lalu kucabut lagi penisku sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir setengahnya, 'Akhh..., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu Melda, betapa seretnya lubangmu sayang'. Oh, gerakanku terhenti sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu, betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu. Oh, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat menyayangimu. Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke dalam vaginanya, 'Bleeeess..., blesssess', 'Akhh..., akhh', sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini. Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya. Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan kutinggalkan kamu. Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam. Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar batang penisku ini, vagina yang luar biasa. Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. 'Ohh..., ohh', kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut penisku itu, takut Melda terbangun. Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas. Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Melda keluar dan tersenyum padaku.'Mau berangkat Pak?', tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi. 'Kok Melda nggak sekolah?'. 'Nanti Pak, Melda giliran masuk siang', akupun tersenyum dan Meldapun lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam, perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke kantor.

tamat

foto aku

-= Rini Si Ayam Kampus =-

Malam itu seusai rapat organisasi, aku segera menstart motorku untuk pulang. Rasanya pengin sekali segera sampai di rumah, makan, lalu tidur. Tetapi baru saja sampai di gerbang depan kampus seseorang menyapaku, dan ketika aku toleh arah suara itu ternyata Rini, anak fakultas ekonomi. Ngapain anak ini sendirian di gerbang? 'Belum pulang, Rin?' 'Belum Den, habis nungguin bis lewat, lama amat.' Jawabnya sambil berkedip-kedip genit. 'Bis lewat ditungguin, gue antar deh?' 'Bener situ mau nganterin?' 'Yah, pokoknya nggak gratis. Situ tau sendiri deh.' Ujarku menggoda. 'Ah, bisa aja.' Rini mencubit kecil pinggangku lalu segera naik ke boncengan. Tangannya melingkat erat di pinggangku, lalu melajulah motor di ramainya jalanan. Lama-kelamaan si Rini malah menempelkan dadanya di punggungku. Tau nggak, rasanya benar-benar empuk dan hangat. Wuih, terasa bener kalau dia nggak pake beha. Sebagai laki-laki normal, wajar dong kalo batang penisku tiba-tiba menegang. 'Den, gimana kalo kita mampir ke taman kota? Aku dengar ada dangdutan di sana.' Bisik Rini dekat di telinga kiriku. 'Seleramu dangdut juga ya?' Rini kembali mencubit pinggangku, tapi kemudian mengelus-elus dadaku. Tengkukku mulai merinding. Ada maunya nih anak, pikirku waktu itu. Mungkin aku sedang dihadapkan salah satu ayam kampus, nih. OK, siapa takut! Aku segera membelokkan sepeda motor ke taman kota. Lalu mencari tempat yang agak remang tapi cukup strategis untuk menikmati isi panggung yang terletak di tengah taman kota itu. Panggung yang kira-kira berukuran 6x6 meter itu tampak meriah dikelilingi ratusan pengunjung. Irama dangdut menggema memekakkan telinga. 'Den, sini dong? Sini, duduk sama aku.' Aku duduk di belakang Rini yang masih duduk di boncengan motorku. Gadis itu nampaknya asyik benar mengikuti irama dangdut. Sedang aku lebih tertarik memelototi tubuh penyanyinya dibanding suaranya yang menurutku biasa saja. Beberapa orang penyayi bergoyang hot membangkitkan gelora birahi para pria yang memandangnya, termasuk aku. Pandanganku beralih kepada Rini. Sayang aku hanya bisa memandang ubun-ubunnya saja. Aroma wangi menebar dari rambutnya yang bisa dibilang bagus, aroma yang eksotik. Kalau saja ada kesempatan, desahku. 'Den, kok diam saja? Belum pernah lihat orang goyang ya?' 'Bukannya gitu, cuman gila aja mandang tuh cewek. Berani bener joget kayak gitu,' Ah, segitu saja. Coba kemarikan tanganmu!' Aku mengulurkan tangan kananku. Astaga, gadis itu memasukkan tanganku di balik bajunya sehinga tanganku benar-benar bisa merasakan kegemukan dadanya. Keringat dinginku tiba-tiba merembes, dadaku bergemuruh. 'Rin, apa-apaan kamu ini?' Ujarku lirih tanpa menarik kembali tanganku. 'Kamu nggak suka ya?' Tanya Rini kalem. 'Engh.. Bukannya begitu..anu' Jawabku tergagap. 'Aku tau kamu suka. Aku juga suka Den, jadi nggak ada masalah kan?' Kata Rini menoleh ke padaku. 'I..iya sih.' Yah, begitulah. Akhirnya aku punya kesempatan. Tanganku membelai-belai dada Rini dengan bebasnya. Mempermainkan putingnya dengan gemas, kupelintir kesana kemari. Gadis itu bukannya kesakitan, tapi malah mendesah-desah kegirangan. Aku sendiri sudah nggak tahu berapa kali menelan ludah. Rasanya ingin memelintir puting itu dengan mulutku. Rupanya tangan kiriku mulai iri, lalu segera menyusul tangan kananku menerobos masuk di balik baju Rini. Meremas-remas kedua bukit yang tak terlihat itu. 'Den, Deni.. tangan-tanganmu benar-benar nakal. Hoh.. aduh.. geli Den,' Desah Rini menjambak rambutku yang cukup gondrong. 'Rin, aku suka sekali.. bagaimana kalau kita..' 'Uhg.. heeh, iya.. aku mau.' Aku segera menghentikan kegiatanku mengobok-obok isi baju Rini. Lalu kami segera menuju sebuah hotel yang tak jauh dari taman kota. Tiada kami peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangi kami dengan sejuta pikiran. Masa bodoh, yang penting aku segera bisa mengencani Rini. Segera aku bayar uang muka sewa kamar, lalu kami melenggang ke kamar 51. Rini yang sedari tadi memeluk tubuhku kini tergeletak di atas springbed. Matanya yang sayu bagai meminta, tangannya melambai-lambai. Aku langsung saja membuka kancing bajuku hingga bertelanjang dada. 'Den.. sudah lama aku inginkan kamu,' 'Oya? Kenapa tak bilang dari dulu?' Ujarku sambil melepas kancing baju Rini. Benarlah kini tampak, dua bukit kenyal menempel di dadanya. Tangan Rini membelai-belai perutku. Rasanya geli dan uh.. lagi-lagi aku merinding. Kutekan-tekan kedua putingnya, bibir gadis itu mengulum basah. Matanya yang semakin memejam membuat birahiku semakin terkumpul menyesakkan dada. 'Den.. ayo.. kamu tak ingin mengulumnya? Ayo masukkan ke mulutmu.' 'Heh.. iya, pasti!' Aku segera mengangkangi Rini lalu berjongkok diatasnya, lalu menunduk mendekati dadanya. Kemudian segera memasukkan bukit kenyal itu ke dalam mulutku. Aku hisap putingnya perlahan, tapi semakin aku hisap rasanya aku pingin lebih sehingga semakin lama aku menghisapnya kuat-kuat. Seperti dalam haus yang sangat. Ingin rasanya aku mengeluarkan isi payudara Rini, aku tekan dan remas-remas bukit gemuk itu penuh nafsu. Rini merintih-rintih kesakitan. 'Den.. hati-hati dong, sakit tahu! Perlahan.. perlahan saja Ok? Heh.. Yah, gitu.. eeh hooh..' Busyet, baru menghisap payudara kiri Rini saja spermaku sudah muncrat. Batang penisku terasa berdenyut-denyut sedikit panas. Rini bergelinjangan memegangi jeans yang aku pakai, seakan ingin aku segera melorotnya. Tapi aku belum puas mengemut payudara Rini. Aku pingin menggilir payudara kanannya. Tapi ketika pandanganku mengarah pada bukit kanan Rini, wuih! Bengkak sebesar buah semangka. Putingnya nampak merah menegang, aku masih ingin memandanginya. Tapi Rini ingin bagian yang adil untuk kedua propertinya itu. 'Ayo Den, yang adil dong..' Katanya sambil menyuguhkan payudara kanannya dengan kedua tangannya. Aku memegangi payudara kanan Rini, mengelusnya perlahan membuat Rini tersenyum-senyum geli. Ia mendesah-desah ketika aku pelintir putingnya ke kanan dan ke kiri. Lalu segera mencomot putingnya yang tersipu dengan mulutku. Puting itu tersendal-sendal oleh lidahku. 'Deni.. dahsyat banget, uaohh.. enak.. ayo Den.. teruss..' Rini menceracau tak karuan, tangannya menjambak-jambak rambut gondrongku. Kakinya bergelinjang-gelinjang kesana kemari. Binal juga gadis ini, pikirku. Aku berpindah menyamping, menghindari sepakan kaki Rini. Jangan sampai penisku terkena sepakan kakinya, bisa kalah aku nanti. Justru dengan menyamping itulah Rini semakin bebas. Bebas membuka resleting jeans yang dipakainya. Tapi dasar binal! Gerakannya yang tak karuan membuat kami berguling jatuh di lantai kamar. Dan payudara kanannya lolos dari kulumanku. 'Gimana sih, Rin? Jangan banyak gerak dong!' Ujarku sedikit kesal. 'Habis kamu ganas banget sih..' Hiburnya dengan tatapan menggoda. Untuk mengobati kekesalan hatiku Rini segera membuka semua pakaiannya tanpa kecuali. Jelaslah sudah tubuh mungil Rini yang mempesona. Air liurku segera terbit, inginnya mengganyang tubuh mungil itu. Tubuhnya yang meliuk-liuk semampai, dua payudaranya yang nampak ranum bengkak sebesar buah semangka, perutnya yang langsing bagai berstagen tiap hari, ahh.. Lalu, bagian kewanitaannya! Uhh, pussy itu cukup besar dengan bulu-bulu basah yang menghiasinya. Pahanya yang sekal membuatku ingin mengelusnya, dan betisnya yang mulus nan langsat.. ehmm.. Maka dengan tergesa-gesa aku melucuti pakaianku, tanpa terkecuali! 'Wah! Pistolmu besar Den!' Kata Rini yang segera berjongkok dan meremas gemas batang penisku yang sudah sangat tegang. 'Auh.. jangan begitu, geli kan?' Jawabku menepis tangannya. 'Jangan malu-malu, pistol sebesar ini, pasti ampuh.' Rini terus saja membelai-belai batang penisku yang ukurannya bisa dibilang mantap. Semakin lama batang penisku semakin menegang, rasanya mau meledak saja. Tubuhku bagai tersiram air hangat yang kemudian mengalir di setiap sendi darahku. 'Engh, auh..' Aku berdehem-dehem asyik saat Rini asyik memainkan jemari tangannya pada batang penisku. Telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran yang kemudian digerak-gerakkan keluar masuk batang penisku. Layaknya penisku bermain hula hop. Spermaku mencoba meyeruak keluar, tapi aku tahan dengan sekuat tenaga. Aku remas-remas rambut panjang Rini. Tapi kemudian Rini yang semakin gemas segera memasukkan batang keperkasaanku itu ke dalam liang mulutnya. Lalu dia mengemutnya bagai mengemut es lilin. 'Ehg.. ehmm.. ' Terdengar suara desisan Rini bagai sangat menikmati batang penisku, begitupun aku. Bagaimana tidak, bibir tebal Rini segera melumat kulit penisku, lalu lidah Rini menjilat-jilat ujungnya. Nafasku serasa putus, keringatku merembes dari segala arah. Sedang Rini bagai kesetanan, terus saja menciptakan sejuta keindahan yang siap diledakkan. Crot.. crot.. Tak ada yang bisa menahannya lagi. Spermaku keluar menyembur ke liang mulut Rini. Gadis itu nampak sedikit tersedak, beberapa sperma muncrat keluar mulutnya dan kemudian membasahi pangkal penisku. 'Ehmm.. ehmm.. keluarkan teruss.. ehmm,' Ujar Rini dengan mulut yang penuh dengan cairan spermaku. Srup, srup, ia meminumnya dengan semangat sambil tangannya menggelayut di pahaku. Ujung penisku dikenyot-kenyot membuat geloraku makin berdenyut-denyut.Karena tak tahan maka tak ayal lagi aku segera menubruknya. Menindih tubuh mungilnya lalu melahap bibir nakalnya. Lidah kami bergelut di dalam, menggigit-gigit gemas dan penuh nafsu. Maka setelah puas mencumbui bibirnya aku segera beralih kepada pussy-nya. Benda keramat itu entah sudah berapa kali kebobolan, aku tak peduli. Kali ini ganti kau yang kukerjain, pikirku. Langsung saja aku lebarkan paha Rini sehingga jelas pussy berumput yang sangat basah itu. Jemariku memainkan daging gemuk itu. menyusuri perbukitan yang berlorong. Lalu memelintir klitorisnya ke kanan dan ke kiri. Surr.. menyembur lagi cairan kewanitaan Rini. Bening menetes diantara jemariku. 'Den.. tunggu apa.. ayo dong..' 'Aku datang sayang.' Wajahku segera mendekat ke pussy Rini. Lalu tanganku sedikit membuka si pussy sehingga aku bisa menikmati goa kenikmatan itudengan mataku walau hanya sebentar. Srup, srup, aku jilati pussy basah itu. Lidahku sengaja mencari-cari lubang yang mungkin bisa kutembus. Lidahku semakin ke dalam. Mempermainkan klitorisnya yang kenyal. Tanganku pun menyempurnakan segalanya. Bermain-main di payudara Rini yang semakin tegang, mengeras. Sayup-sayup terdengar suara erangan Rini. Aku harap gadis itu juga menikmatinya. 'Ayouhh Den, masukk, aku tak tahan lagi..' Suara gadis itu terdengar lemah, mungkin sudah keletihan. Aku pun sudah cukup puas beranal ria. So, tunggu apa lagi?? Aku meminta Rini untuk menungging. Gadis itu menurut dengan wajah letih namun penuh semangat. Kemudian aku segera memasukkan penisku ke lubang kawinnya. Mudah. Sekali hentakan sudah masuk. Lalu kucabut dan kumasukkan berkali-kali. Lalu kubiarkan terbenam di dalam beberapa menit. 'Eghh..' Rini menahan rasa nikmat yang kemudian tercipta. Tubuhnya sedikit mengejang tapi kemudian bergoyang-goyang mengikuti gerakan penisku. Aku segera mengocok penisku dengan kekuatan penuh. Dan kemudian.. kembali spermaku muncrat keluar memenuhi lubang kawin Rini. Beberapa saat kami saling menikmati kenikmatan itu. darahku seakan berhenti mengalir seperti ada hawa panas yang menggantikan aliran darahku. Seluruh persendian terasa tegang, tapi kemudian seperti ada rasa kepuasan yang tak bisa terucapkan. Hingga kemudian aku mencabut kembali batang penisku dari pussy Rini. Gadis itu kembali terlentang di lantai kamar hotel. Sedang aku segera menghempaskan tubuhku di atas kasur. Dinginnya lantai kamar yang menyentuh jemari kakiku tak bisa mengalahkan panasnya suasana kamar itu. Bau keringat kami berbaur. Namun tiba-tiba batang penisku yang sudah mulai mengendur tersentuh kulit halus wanita. Ketika aku mendongakkan wajah ternyata Rini yang telah duduk di depan kakiku sambil mengelus-elus batang penisku. 'Den, kamu hebat banget. Aku benar-benar puas.' 'Ehng.. kamu juga. Sekarang kamu mau minta apa??' Gadis itu masih diam sambil terus mempermainkan batang penisku. Gawat, bisa-bisa bangun lagi batang penisku. Bisa perang lagi nih, dobel dong tarifnya. 'Kamu minta apa? HP? Duit?' 'Aku minta.. minta lagi deh,' Kata Rini yang kemudian kembali mengenyot batang penisku. 'Waduh, bisa-bisa lembur nih!', pikirku.

-= Tamat =-

-= Tia, Pembantuku Yang Cantik =-

Namaku Jemz, aku sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak perempuan yang lucu dan manis. Sejak istriku melahirkan, dia tidak tinggal lagi serumah denganku, dia disuruh tinggal di rumah orang tuanya, dengan alasan agar bayinya lebih terawat. Karena orang tuanya menganggapku baru pertama kali mempunyai bayi sehingga kurang pengalaman, tapi sebenarnya bukan hanya itu, sebab anakku adalah cucu pertamanya jadi dia sangat sayang sekali. Tadinya aku pun disuruh pindah ke rumah orang tuanya tapi aku tidak mau karena aku paling risih kalau disuruh tinggal di rumah orang walaupun rumahnya besar tetapi lebih enak tinggal di rumah sendiri walaupun rumahnya agak kecil (type 70), mau ngapain juga terserah dan bebas. Oleh sebab itu maka sejak istriku melahirkan sampai anakku sekarang berumur 3 tahun, istriku masih sering tinggal di rumah orang tuanya, karena anakku juga sudah terbiasa tinggal di sana jadi kalau diajak pulang ke rumahku suka tidak betah dan minta pulang ke rumah neneknya, soalnya kalau di sana rumahnya selalu ramai ada kakak-kakak iparku yang juga sayang padanya dan selalu dimanjakan sedangkan kalau pulang ke rumahku tidak seramai di sana, di sini dia hanya punya 1 orang teman yaitu pembantuku yang kadang-kadang sibuk mengurusi segala keperluannya, sedangkan aku dan istriku kadang-kadang sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing. Karena seringnya istriku jarang pulang sehingga aku lebih sering tinggal bersama pembantuku, segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku, mulai dari menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor dan segala-galanya disiapkan olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa membantu yaitu tentang urusan seks. Memang untuk urusan yang satu itu jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang dan aku melakukannya sampai sama-sama puas, tapi bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang atau dia lagi kedatangan 'tamu' bulanannya? Itulah yang menjadi kendala bagiku, lagi-lagi aku harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil menonton VCD porno atau membaca buku karangan Enny Errow, sambil mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras, tak terasa lama-lama aku jadi mengocoknya sampai akhirnya.. 'Cret.. cret..' air maniku keluar. Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata istriku tidak bisa pulang, karena hari itu dia benar-benar capek sekali habis pulang kantor. Dan kalau begini urusannya pasti harus beronani ria lagi deh, maka cepat-cepat aku memutar VCD porno yang baru kupinjam dari temanku di kantor. Sambil menonton aku memainkan batang kemaluanku yang sudah menegang,tapi sampai tanganku pegal aku belum orgasme juga, maka aku pindah ke kamar tidurku dan melepaskan semua pakaian yang melekat di badanku hingga aku benar-benar polos alias bugil. Aku tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya pembantuku itu rupanya dari tadi mengintipi aku. Memang biasanya kalau aku sedang onani atau aku sedang bermain bersama istriku, pembantuku kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga. Rupanya dia jadi curiga, sedang apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipiku tanpa kusadari. (Oh ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang agak cantik, pendidikannya SMP, badannya langsing, rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih, (mirip seperti artis siapa ya..) tingginya sama seperti istriku, umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas sepertinya dia tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali ya). Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan, karena dia pernah dikawinkan oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah berumur sekitar 55 tahun dan baru kawin 5 hari dia kabur dari rumah suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering meminta yang tidak-tidak, dia bercerita kepada istriku. Istriku malah menanyakan lagi yang tidak-tidak bagaimana sih maksudnya. 'Itu loh Bu (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh tahu-tahu pantat saya ditusuk sama kontol suami saya, wah.. sakitnya bukan kepalang Bu, malah sehabis digituin oleh suami saya jadi tidak bisa tahan lagi kalau saya sakit perut tau-tau langsung berak aja, habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi, padahal kan sudah ada tempatnya Bu, eh malah cari-cari lubang yang lain, ini aja juga lubang memek saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja, padahal kan saya juga sudah kasih tau ke suami saya masukinnya di lubang memek aja Mas, jangan di pantat soalnya sakit sekali Mas dan saya jadi tidak bisa nahan berak, tapi dia masih aja nusuknya di lubang pantat, coba aja Ibu bayangin selama 5 hari pantat saya ditusukin terus, dari pada digituin setiap hari mendingan saya kabur aja ke Jakarta.' Aku tahu itu karena aku sering 'nguping' pembicaraan istriku dengan pembantuku yang cantik itu. Aku baru sadar kalau pembantuku itu 'ngintipi' aku, ketika dia ngintip rupanya dia sambil masturbasi juga, baju roknya diangkat ke atas tanpa pakai CD, jari tangan kanannya dimasukkan ke dalam liang kemaluannya, matanya sambil merem-melek dan tanpa disengaja rupanya dia telah mendorong pintu kamarku yang memang tidak tertutup rapat, aku kaget setengah mati karena tahu-tahu dia sudah berdiri di depan kamar sambil masturbasi dan dia juga tidak kalah kagetnya karena ketahuan mengintipku, maka dia langsung bilang, 'Maaf ya Pak tadi saya tidak sengaja menyentuh pintu kamar Bapak, saya lagi mau nyapuin lantai.' Memang sih di sebelah dia ada sapu lantai, aku langsung saja jawab, 'Itu tangan kanan kamu kenapa pegangin memek terus, emangnya takut hilang?' rupanya dia tidak sadar bahwa baju roknya masih terangkat ke atas dan tanpa CD sehingga dengan jelas aku dapat memandangi kemaluannya yang indah disertai bulu-bulu halus yang baru mulai tumbuh. 'Eh.. anu.. Pak, tidak apa-apa,' jawabnya, dan buru-buru ia menutupi dengan baju roknya dan aku pun dengan gerakan refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang. 'Tia sini deh bisa tolong pijitin saya, badan saya pada sakit nih,' kataku sambil pura-pura mengalihkan pembicaraan. Sambil ragu-ragu akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang. 'Ayo Tia pijitin dong! jangan diam saja,' dan akhirnya dia pun mau memijiti badanku. Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepadaku, 'Pak, tadi Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?' 'Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat, ' jawabku seenaknya. 'Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?' 'Sembarangan, emangnya kamu kamu coba,' kataku lagi, 'Laah kamu sendiri ngapain, lagi nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?' 'Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..' Coba sini saya periksa, jangan-jangan kamu terkena penyakit lagi.' 'Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga lagi ngapain, kok telanjang sendirian?' 'Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih.' 'Ibu nggak datang ya Pak?''Tidak, Ibu kecapean kali. Habis di kantornya lagi banyak kerjaan.' 'Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?' 'Ia sini garukin saya, tapi pelan-pelan ya.' 'Tenang saja Pak kalau soal garuk-menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah diajari oleh bekas suami saya. ' Tanpa buang waktu lebih lama dia langsung mengusap-usap batang kemaluanku yang dari tadi sudah berdiri tegak, dan tanpa disuruh dia juga langsung menciumi batang kemaluanku serta menjilatinya persis seperti anak kecil dibelikan es krim. 'Eh Tia, kamu kok pintar banget sih, belajar dari mana?' 'Maaf ya Pak, saya sering ngintip Bapak waktu lagi nonton film porno, jadi saya sudah tau caranya, cuma saya masih ragu apakah Bapak mau berbuat begitu sama saya, soalnya saya kan cuma pembantu.' 'Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja.' 'Iya Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu suami saya ya, nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau saya dikeluarin bagaimana, saya mau tinggal di mana Pak.' 'Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu kamu tidurnya di kamar kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya.' 'Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak. 'Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi.' Memang sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau 'gituin' dia kalau lagi tidak ada istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu, jangan-jangan dia 'ngaduin' macam-macam ke istriku, wah.. bisa gawat tuh. Tapi tidak tahunya malah kebalikan dia malah suka, kalau tahu dia suka, dari dulu saja, jadi tidak usah onani sendiri betul tidak teman-teman? Soalnya aku terus terang saja paling tidak suka sama cewek-cewek WTS, soalnya bukanya apa-apa, penyakitnya itu yang paling repot dan juga bayarannya yang mahal. Ya, paling tidak kalau kita mau yang bersih, bayarannya yang 'gope' ke atas kalau yang 'gope' ke bawah itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya, malah pernah temanku main yang harga bookingannya Rp.350.000 katanya bersih tapi tidak tahunya tetap saja kena penyakit. Daripada buang-buang duit dan cari penyakit buat cuma 'ngecret' doang mendingan ngocok sendiri. Memang sih waktu dulu aku masih kerja di PT.XX gajiku sangat berlimpah, aku cuma kasih ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri. Dia memang tidak tahu kalau gajiku dua kali lipatnya, belum tunjangan-tunjangan lainnya seperti uang makan, uang transport, uang perbaikan mobil, uang kopi dan lain-lain, pokoknya yang dia tahu gajiku cuma segitu, sudah mencangkup segala-galanya. Itu saja dia juga masih bisa menyimpan setengahnya dari gaji yang kuberikan setiap bulannya. Wah kalau dipikir-pikir waktu dulu aku benar-benar 'happy' banget deh, hampir tiap minggu aku 'main' dengan cewek dengan tarif yang high class. Kalau dihitung-hitung sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk 'ngecret' doang. Sambil terus melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Tia pembantuku. Tiba-tiba dia berkata, 'Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan ya..' 'Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks..' 'Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih..' 'Eh, Tia ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..? 'Ya.. saya main sendiri Pak, kadang-kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat main sendiri..' 'Wah.. berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?' 'Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu biasanya ketimunnya bonyok Pak..' 'Tapi pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang timunnya hancur gara-gara tas plastik bawaan kamu putus hayyoo..' 'Iya deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat Pak, jadi saya pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi ke pasar untuk beli ketimun eh.. sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti ada lalapannya. Tapi tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..' 'Tapi rasanya lain ya Tiaa, saya juga sudah curiga..' 'Lain bagaimana Pak?' 'Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu..' 'Ah.. masa Pak kalau begitu lain kali sebelum dimakan saya pakai dulu ya Pak, soalnya sayang kan dari pada dibuang.' 'Ya lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi, kan kamu bisa bilang ke saya nanti saya kasih ketimun saya yang lebih enak dan empuk.' 'Ia Pak, kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja, punyanya bekas suami saya saja tidak segini besar Pak, wah.. pasti enak banget ya Pak kalau dimasukin ke memek saya. Pak tangan Bapak jangan diam saja dong Pak, mainin memek saya dong, soalnya memek saya juga sudah gatal Pak dari tadi.' 'Lah.. tadi saya mau garukin katanya kamu bisa garuk sendiri..' 'Ya kan tangan saya sudah sibuk garukin punya Bapak, jadi saya tidak sempat Pak..' 'Ya sudah kamu naik dong ke ranjang saya dan baju kamu juga dicopot semuanya, saya saja sudah telanjang kok kamu masih pakai baju..' 'Iya Pak..' 'Tia, kalau begitu kita main 69 aja ya, supaya bisa sama-sama saling jilatin..' 'Aaahh.. Enak banget Pak.. terus Pak.. achh.. ohh.. ahh.. Pak kita masukin aja yuk Pak, saya sudah tidak tahan nih.. Kayaknya saya sudah mau keluar.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa.. saya sudah tidak tahan niihh..' Tapi aku masih terus tahan tidak mau langsung dimasukin dulu, aku mau bikin dia gila dan ketagihan, aku masih terus menjilati serta mengisap klitorisnya yang bikin dia tergila-gila. 'Aaahh.. haayoo Pakk masukin ajaa.. saya sudahh nggak tahaan niihh.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa..' Tanpa buang waktu dan disuruh lagi, dia langsung membalikkan badan dan dia naik di atas badanku serta dimasukannya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya yang sudah basah akibat lendir kenikmatan. 'Aaahh.. haayoo Pakk masukin biar dalam Pak! terus Paakk dorong Pak dari bawah ini musti masuk semua ke dalam memek saya Paakk jangaan disisain Pakk..' Sambil terus menggoyangkan pantatnya dia berusaha memasukkan batang kemaluanku yang besar dan panjang ini. Aku tidak tinggal diam, aku berusaha mendorongnya kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya, tapi rasanya sudah tidak bisa masuk lagi karena sudah mentok, karena batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan diameternya 4 cm sedangkan lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma sekitar 16-17 cm jadi tidak bisa masuk semuanya. 'Pak.. sekarang gantian dong saya yang di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih bervariasi gitu..' sambil batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku merubah posisi yang tadinya aku di bawah sekarang aku di atas sehingga aku lebih leluasa memandangi tubuhnya yang mulus tanpa dibungkus sehelai benang pun yang baru pertama kali aku melihatnya. Memang payudaranya tidak sebesar milik istriku tapi aku justru lebih bergairah melihat payudara yang baru tumbuh dengan puting susunya yang masih kemerah-merahan. 'Ayo dong Pak.. dorong yang kencang, jangan ngelamun terus, ayoo aahh saayaa sudah nggaak tahaan niihh aahh.. sshh.. aahh sayaa sudah mau keluar nihh.. ini Pak, susu saya juga diisepin dong..' Memang dari tadi aku lebih banyak pasif dari pada aktifnya sehingga dia lebih banyak protesnya maka aku pun langsung mengisap puting susunya yang sebelah kanan dan yang selelah kiri kumainkan dengan tanganku. Sementara untuk yang bagian bawah itu urusan kemaluanku. 'Ssshh.. aahh.. enak ya Tia, lubang kamu masih sempit walaupun sudah banyak lendirnya..' 'Iyaa.. terruuss Paakk dorong lagi yang kencang, aahh.. sshh.. sayaa sudah enggak taahan nih..' Tiba-tiba aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. 'Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak.. cepat Paakk!' 'Tunggu Tia, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..' 'Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarr..' Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, tiba-tiba.. 'Acch..' Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas. 'Aaahh.. aahh.. saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaarr aahh.. sshh.. wah eenaak sekali Pak, aachh.. aahh tapi Bapak belum keluar ya?' 'Iya saya juga sebentar lagi.. makanya saya pakai kondom supaya saya bisa keluarin di dalam. Tia sekarang kamu nungging ya, saya mau masukin dari belakang..' 'Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit.' 'Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantat, saya masukinnya di memek kamu tapi kamu nungging ya..' 'Begini Pak..' 'Iya..' Ternyata dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa gesekannya. Dan akhirnya aku pun mengakhiri permainanku karena aku pun sudah orgasme. 'Aahh.. Terima kasih Tia kamu sudah membantu saya..' 'Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya Pak.' 'Iya dan hobi kita juga sama ya Tia, suka mencari kenikmatan dengan berseks ria.' 'Iya Pak, saya juga capai sekali Pak..' 'Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur.' 'Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak, saya kedinginan nih..' 'Iya deh.. Oh ya Tia, bagaimana kalau besok kita ke klinik..' 'Emangnya mau apa Pak, gatal saya sudah sembuh kok Pak.' 'Bukan maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai kondom terus, kan kamu juga tidak enak kalau ada plastiknya, nanti kalau ditanya sama dokternya bilang aja kamu istri saya dan kamu tidak mau hamil dulu karena kamu masih sekolah.' 'Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak.' Dan sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Tia yang selalu menemaniku tidur.



-= Tamat =-

Kamis, 07 Agustus 2008

-= Kenangan Ngentot dengan tante Ayu =-

Aku masih duduk di bangku SMA saat itu. Di saat aku dengan teman-teman yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Usiaku masih terbilang hijau, sekitar sembilan belas tahun. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang wanita saat itu. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman wanita dikelasku waktu itu. Hal ini jugalah yang membawa aku bersama 2 temanku Bambang dan Eko kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi kami saat duduk dibangku SMA dulu. Semuanya bermula dari kegigihan Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya untuk tak melewatkan barang sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan wanita membawa aku, dia dan Eko kesebuah rumah di komplek pemukiman Griya Permai. Mulanya aku dan Eko sedang asyik bercanda,. Secara tiba-tiba Bambang menepuk pundakku dengan keras. Matanya tertuju kesatu rumah dengan tajamnya. Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan mengenakan rok mini baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu pagar rumah. 'Heh, bang. Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung melotot kayak begitu ?' tegurku. 'Elu itu buta ya, wan. Elu kagak lihat bagaimana bongsornya bodi tuh wanita ??' balasnya cepat. 'Bambang, Bambang.. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini' sambung Eko 'Itu mata.. apa teropong' 'Wah, kalau untuk urusan wanita kita nggak pake mata lagi, men. Nih, pake yang disini nih.. dibawah sini' jawab Bambang sambil menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya. 'Kalau gua udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat' kata Bambang dengan senyum penuh nafsu. 'Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih ?!' tanya gue yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan pikiran-pikirannya. 'So pasti, men. Nih ****** udah kayak radar buat gua. Makanya gua tahu disana ada mangsa' jawab Bambang dengan lagi-lagi menunjuk ke arah kemaluannya. 'Gila lu, bang' kataku. 'Sekarang begini aja' ujar Bambang kemudian 'Elu pada berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita ?' 'Elu itu udah gila kali ya, bang. Elu mau masuk kerumah itu perempuan ??' jawabku cepat. 'Udah deh.. berapa ? Goceng ??'tantangnya kepada kami. Sejenak aku, dan Eko hanyut dalam kebingungan. Teman kami yang satu ini memangsedikit nekat untuk urursan wanita. 'Goceng ??'potong Eko cepat 'Wah gua udah bisa beli mie bakso tuh' 'Ha-alah, bilang aja kalau elu takut jatuh miskin. Iya kan, ko ?' balas Bambang dengan sedikit menekan. 'Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo' jawab Eko tak mau kalah. 'Oke, oke.. heh, heh, heh. Sekarang tinggal elu nih, wan. Kalau melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu' 'Heit tunggu dulu' ujar gue. Gue langsung cepat-cepat merogoh kantong celananya. Selembar uang kertas lima ribuan langsung dikibas-kibaskan didepan kedua mata Bambang. 'Gua langsung buktikan aja sama elu.. nih' 'Oke. Sekarang elu pada buka tuh mata lebar-lebar' kata Bambang kemudian. Bambang langsung berjalan menuju kerumah yang dimaksud. Tampak disana sang pemilik rumah telah memasukkan mobilnya. Saat ia hendak menutup pagar, aku lihat Bambang berlari kecil menghampirinya. Disana kulihat mereka sepertinya sedang berbicara dengan penuh keakraban. Aneh memang temanku ini. Baru saja bertemu muka dia sudah bisa membuat wanita itu berbicara ramah dengannya, penuh senyum dan tawa. Dan yang lebih aneh lagi kemudian, beberapa saat setelah itu Bambang melambaikan tangannya kearah kami bertiga. Dia mengajak kami untuk segera datang mendekatinya. Setelah beberapa langkah aku berjalan, kulihat Bambang bahkan telah masuk ke pekarangan rumah menuju ke pintu depan rumah dimana wanita itu berjalan didepannya. Bambang memang memenangkan taruhannya hari itu. Di dalam rumah kami duduk dengan gelisah, khususnya aku. Bagaimana mungkin teman kami yang gila perempuan ini bisa dengan mudah menaklukkan wanita yang setidaknya dua puluh tahun lebih tua usianya dari usia kami. Sesaat setelah Bambang selesai dengan uang-uang kami ditangannya, akupun menanyakan hal tersebut. 'Gila lu, bang. Elu kasih sihir apa tuh wanita, sampai bisa jinak kayak merpati gitu ??' tanyaku penasaran. 'Heh, heh, heh.. kayaknya gua harus buka rahasianya nih sama elu-elu pada' jawabnya. 'Jelas dong, bang. Goceng itu sudah cukup buat gua ngebo’at. Elu kan tahu itu' tambah Eko lagi. 'Begini. Kuncinya itu karena elu-elu semua pada blo’on' jelas Bambang serius. 'Apa maksudnya tuh !' tanya gue cepat. 'Iya, elu-elu pada blo’on semua karena elu-elu kagak tahu kalau perempuan itu sebenarnya tante gua.. tante Ayu, dia istrinya om harso, adik mama gue' tambahnya lagi. 'Wah, sialan kita sudah dikadalin nih sama.. playboy cap kampak' kata Eko. 'Itu kagak sah, bang. Itu berarti penipuan'sambung gue. 'Itu bukan penipuan. Kalau elu tanya apa gua kenal kagak sama tuh perempuan, lalu gua jawab enggak.. itu baru penipuan' jelas Bambang. Untung aja pertengkaran diantara gue dan teman-teman saat itu nggak lama karena tidak lama tante ayu yang ternyata tante si Bambang itu datang dengan membawa minuman segar buat kami. 'Ada apa kok ribut-ribut. Kelamaan ya minumannya ?' tanya tante Ayu. Suaranya terdengar renyah ditelinga kami dan senyumannya yang lepas membuat kami berempat langsung terhenyak dengan kedatangannya yang tiba-tiba. 'Ah, nggak apa-apa tante' jawab Eko. Bambang yang duduk disebelahnya terlihat serius dengan pikirannya sendiri. Baju t-shirt yang dikenakan tante Ayu memiliki belahan dada yang rendah sehingga disaat beliau membungkuk menyajikan gelas kepada kami satu-persatu, Bambang terlihat melongok-longokkan kepalanya untuk dapat melihat isi yang tersembunyi dibalik pakaian beliau saat itu. Aku sendiri bisa menyaksikannya, kedua payudara beliau yang besar, penuh berisi. Menggelantung dan bergoncangan berulangkali disetiap ia menggerakkan badannya. 'Ini tante buatkan sirup jeruk dingin untuk kalian, supaya segaran' jelas tante Ayu 'Hari ini panasnya, sih' Saat tante Ayu selesai dengan gelas-gelasnya, iapun kembali berdiri tegak. Keringat yang mengucur deras dari kedua dahinya memanggil untuk diseka, maka beliaupun menyekanya. Tangan beliau terangkat tinggi, tanpa sengaja, ketiak yang putih, padat berisi terlihat oleh kami. Beberapa helai bulunya yang halus begitu menarik terlihat. Jantungku terasa mulai cepat berdetak. Karena saat itu juga aku tersadarkan kalau dibalik pakaian yang dikenakan tante Ayu telah basah oleh keringat. Lebih memikat perhatian kami lagi, disaat kami tahu bahwa tante Ayu tidak mengenakan BH saat itu. Kedua buah puting susunya terlihat besar menggoda. Mungkin karena basah keringatnya atau tiupan angin disiang hari yang panas, membuat keduanya terlihat begitu jelas dimataku. 'Tante habis mengantar om kalian ke bandara hari ini. Jadi tante belum sempat beres-beres ngurus rumah, apa kabar mama papa kamu bang?' katanya lagi. 'eh oh, baik2 aja tante, tante kapan dong main ke rumah lagi' Bambang tampak grogi. 'duh tante lagi sibuk2nya ngurusin bayi, dulu juga tante ngurusin kamu, skr kamu udah ABG gini' tante ayu mencubit pipi Bambang. Bambang tersipu. Ditengah pesona buah dada yang menggoda nafsu birahi kami semua, perhatian terpecah oleh tangisan suara bayi. Aku baru tahu kemudian, bahwa itu adalah anak tante Ayu dan om harso yang bungsu. Anak mereka baru dua dan yang sulung sudah kelas 6 SD. Jadi agak jauh bedanya dengan yang ke dua. Beliaupun terpanggil untuk menemuinya dengan segera. 'Kalian minum dulu, ya. Tante kebelakang dulu.. oh, iya Bambang. Tadi mama kamu tlp, nanti kamu jangan lupa tlp rumah ya bilang kalo kamu di sini' 'Iya tante.' kata Bambang. Hanya selang beberapa menit kemudian, tante Ayu sudah menemui kami kembali di ruang tamu. Namun satu hal yang membuat kami terkejut kegirangan menyambut kedatangannya dikarenakan beliau terlihat asyik menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu tetapi buah dada yang menjulur keluar lebih menyilaukan pandangan jiwa muda kami berempat. Beliau sudah memakai BH namun satu cup nya di buka untuk menyusui bayinya. Tante Ayu terlihat tidak acuh dengan mata-mata liar yang menatapi buah dada segar dimulut bayinya yang mungil. Ia bahkan terlihat sibuk mengatur posisi agar terasa nyaman duduk diantara Bambang dan Eko saat itu. 'Ini namanya Bobby' jelas tante Ayu lagi sambil menatap anak bayinya yang imut itu 'Usianya baru sembilan bulan' 'Wah, masih kecil banget dong tante' balas Bambang. 'Iya, makanya baru boleh dikasih susu aja' 'ASI ya, tante ?' tanya Bambang polos. 'Oh, iya. Harus ASI, nggak boleh yang lain' jelas beliau dengan serius. 'Kalau orang bilang susu yang terbaik itu ASI, tante ?' 'Betul, Bambang. Dibandingkan dengan susu sapi misalnya. Ya, susu ibu itu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh' tambah tante Ayu penuh yakin. 'Mamaku juga suka bikinkan saya susu setiap pagi, tante' kata Bambang menjelaskan. 'Oh, iya.. bagus itu' 'Tapi susu yang saya minum setiap hari.. ya, susu sapi tante' sambung Bambang lagi penasaran. Sementara tante Ayu masih terlihat sibuk dengan bayinya . Namun beberapa saat setelah itu beliau mengatakan sesuatu yang mengejutkan kami. 'Susu ibu tetap lebih bagus. Bahkan di India ada yang bisa menyusui anaknya hingga berusia sepuluh tahun' 'Wah, asyik juga tuh' sela Eko cepat. Tante Ayu hanya tersenyum simpul. Tiba2 entah mendapat ide gila dari mana Eko yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan nyeletuk dengan seenakknya. 'Coba ya kita bisa cicipin asi tante, duh pasti asyik ya?' Kami semua, apalagi Bambang terkejut setengah mati. Tentunya dia lebih kaget krn itu adalah tantenya sendiri. Jantungku terasa berhenti berdetak saking kagetnya. Rasanya ingin lari saja dari ruangan itu karena malu dan takut dimarahi. Ternyata Tante Ayu tidak marah. 'yah kalo kalian mau, di dapur ada tuh ASI tante yang di peras dan masukan dalam botol. Kami semua berpandangan. 'maksud kami langsung minum dari sumbernya tante’ kata Eko malu2. Tante Ayu melotot, Km sudah siap dia meledak mengomeli kekurangajaran Eko. Tapi ternyata tidak. Ia malah tertawa cekikikan, dadanya berguncang2. 'aduhhh kalian ini nakal sekali ya. Kalo langsung berarti kalian liat buahdada tante dong. Tapi kalian susah besaar, sudah ABG, 19 tahun kan kamu Bambang,Irwan dan Eko? Kami mengangguk serempak. 'emang kenapa kalo udah 19 tante?' aku memberanikan diri bertanya. Tante menggosok2 rambutku dengan lembut. 'kalo sudah besar sudah ada nafsunya Irwan sayang. Masa mau liat buahdada wanita dewasa? terlalu besar resikonya memberikan payudara tante untuk kalian hisap,' Mendengar tante menyebut kata 'buahdada' saja sudah membuat darahku berdesir, aku yakin begitu juga dengan teman2ku. Namun setelah kami semua membujuk tante, serta berusaha meyakinkan tante bahwa kami tidak akan berbuat lebih dari mencicipi asi tante, beliau luluh juga. Apalagi setelah melihat mata Eko yang tampak sangat ‘ngenes’ menginginkan pengalaman baru yang bagi kami saat itu sudah sangat luar biasa. 'ya udah, tante mau deh. Tapi janji ya, kalian udah selesai sebelum oom kalian pulang' 'iya iya tante' 'Bambang, kalo papa mama kamu tau kamu nakal gini sama tante, bisa dicabut uang jajan kamu. Apalagi kalo tante bilang om harso, bisa dihajar kamu abis2an' 'ya jangan ngadu dong tante’ Bambang ketakutan. 'Dan janji ya kalian. hanya minum asi saja, tante nggak pengen kalian macem-macem sama tante. 'Nggak kok, tante, kami janji' sambil berkata begitu mata kami bertiga tidak lepas dari dada tante Ayu sambil meneguk ludah berkali2. Tentunya kami akan berkata apapun agar mimpi km terpenuhi saat itu. Kami tidak sabar menanti pemandangan indah itu sebentar lagi. Tante sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum2 sendiri melihat kami tingkah bertiga. Tante meminta ijin untuk menaruh si bayi sejenak di boxnya. Kami duduk rapi berjejer di sofa. Tak lama tante muncul lagi dan berdiri di depan kami. Kami duduk manis dengan tegang. Tante hanya senyum2. 'Siap? Godanya. 'Ssss sssi ssiap tante' kata kami hampir serentak. Tante menyunggingkan senyum sekali lagi, maniss sekali. Pemandangan yang ditunggu2 pun datanglah sudah. Tante meloloskan bagian atas dasternya yg sdh dlm posisi terbuka kancing atasnya secara perlahan. Kini bagian atas tubuh mulus itu hanya tertutup BH saja. Bagian bawah masih tertutup daster yang tersangkut di pinggangnya. Seksi abisss!! Jantung kami bertiga seperti ensemble perkusi saja berdetak kencang sekali, untung saja tante tidak mendengar. Kemudian tangannya meraih ke belakang punggunnya, meraih hook BH dan melepaskannya. Mata kami mengikuti setiap milisecond gerakan tante membuka bh tersebut dan memperlihatkan kulit dadanya yg putih mulus. Seperti kartu yang dipirit, dada kirinya tersingkap. Kini payudara kirinya benar2 bulat2 terpampang di hadapan kami tanpa terhalang kepala bayi lagi. Mula2 tante hanya membuka salah satu cupnya saja. Tapi kami protes. 'Dua2nya aja tante'. 'Ampun kamu pinter banget berdebat sih, iya deh tp janji ya jgn liar ngeliat tante telanjang dada yaa' sambil berkata demikian tante menuruti kemauan kami dengan membuka cup yang satunya lagi. 'nihh, puas?' goda tante ayu sambil mengerling menggoda ke arah kami. Barulah terpampang di depan kami lengkap sepasang payudara yang super indah. Sungguh tidak ada celanya. Dengan puting yg merah muda, padhal usia tante sudah hampir 35 th tp mungkin karena kulitnya yang sangat putih dan perawatan yang baik sehingga payudaranya masih terliat sangat mengkal dan kencang, dg puting yg imut warna muda dan posisi mengacung ke atas. Tentu saja kami bengong, bungkam seribu bahasa sambil bengong menatap benda terindah yang pernah kami liat saat itu. Tante Ayu tersenyum meliat kegenitan bocah2 itu. 'gimana? masih montok kan? Kalian suka gk?' serentak kami menjawab: 'suka suka tante' Dia duduk di sofa, kami saling berpandangan siapa yang duluan mulai. Akhirnya Ekopun memulai duluan. Ia duduk di samping tante, mula2 ia memegang tante tante dan dipinggirkannya agar tidak menghalangi tubuhnya yang duduk merapat wanita cantik itu. Dengan gemetar dia mendekatkan mulutnya ke puting yang sangat menggoda tersebut. Tante tampak sedikit grogi. Dan akhirnya sampailah mulut Eko di surga dunia tersebut. Kedua bibirnya mengatup dan mengunci putting kiri tante. Dia langsung tergegas menghisapnya. Tante Ayu melenguh perlahan. Maklum, kali ini ‘bayi’ yang menyusu padanya adalah remaja tanggung dengan gigi yang lengkap! Tangan tante memegang kepala eko. Ia menggigit bibir bawahnya dan matanya mendelik ke atas. Pasti karena perasaan aneh yang melandanya saat itu. Sungguh pemandangan yang menegangkan. Seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan sintal menurut kami, sudah menikah, membiarkan mulut seorang anak tanggung hinggap di payudaranya yang putih mengkal. Susu keliatan mengalir deras ke dalam mulut Eko. Keliatan dari mulut teman kami itu yang menggembung penuh oleh cairan. Dengan nekad Eko melanjutkan dengan meremas buah dada beliau serta mulai berani memainkan puting susunya dengan beberapa gerakan memelintir. 'Pentil yg satunya nggak usah dipencet-pencet lagi. Udah keluar kok. Kamu coba langsung menghisapnya kayak anak tante ini' jelas beliau lagi. Setelah berapa lama, Eko pun tampak puas. Ia menarik mulutnya dari putting tante ayu yang keliatan mulai memerah sambil menyeka mulutnya. Sesekali ia melepas kenyotannya dan memainkan putting tante dengan sapuan melingkar lidahnya mengelilingi putting itu. Tante protes. 'Okhh Eko, apa2an sih kamu, jangan gitu, jangan dijilat2 doong' Eko menurut namun sesekali ia mencuri2 lagi kesempatan. Akhirnya tante keliatan rada kesal dan mendorong Eko menjauh. 'udah ah, cukup ah kamu, genit banget sih, jelek' dengan wajahdicemberut2kan, Eko menarik diri sambil nyengir. Kini giliran Bambang. Awalnya dia juga tampak grogi banget, maklum, tante ayu kan istri oomnya sendiri. Dia kebingungan mengambil posisi harus bagaimana mulai menyusu. Aku dan Eko tidak tinggal diam untuk membantu. Tante pun kami baringkan dlm posisi telentang di sofa. Mula2 tante bingung tapi tetap menurut juga. Aku dan Eko meratakan kakinya di sofa, mata kami nanar melihat daster tante yg tipis dan menerawang, memperlihatkan celana dalamnya di balik itu. Ada bayangan hitam di sana, apalgi kalo bukan bulu2 halus kemaluan. Angan2 kami terus melambung tinggi mengharapkan dapat menikmati sesuatu yg lebih dari ASI malam itu. Apalagi kalau bukan ‘sari’ tante, tante Ayu sebagai wanita seutuhnya. Namun tentunya kita tidak bisa berharap angan itu akan menjadi kenyataan, untuk bisa berbuat ini saja kami sudah sangat beruntung.. Bambang merangkak di atas tubuh putih mulus itu. Mulutnya melahap dg rakus payudara kiri tante Ayu smtr tangannya sibuk membelai satunya lg. km melotot meliat kenekadan Bambang. Tante Ayu hanya tersenyum2 simpul sambil membelai kepala Bambang. 'ini dia keponakan tante yang paling nakal sama tantenya sendiri. Untung tante baik gk akan ngadu sama mamanya' Bambang merah mukanya. 'santai aja ya sayang. Gk usah terlalu bersemangat. Sakit lho. Tante gk ke mana2 kok' ujarnya perlahan. Sesekali ia merintih dan tubuh moleknya itu menggelinjang. Bambang terus menyedot seakan tidak ingat giliran yang lain. Bunyi berdecap terdengar kencang sekali. Otot payudara tante sampai tertarik ke atas. Terlihat jelas sekali urat2 payudara tante serta pori2nya. Kami sangat terangsang. Tante menggelinjang hebat, 'ouwww Bambangdd, kok dijilat2 sihhh sayangg. km mau minum susu atau apa sih sayang, nggghhhhhh, ouhhh, ngghhhh, kamu dan eko sama genitnya nihh' 'minum susu tante' ujar Bambang tersipu. 'itu namanya mencabuli tante sayang, gak boleh ya, kamu sudah mulai besar tapi belum cukup dewasa untuk berbuat cabul begtu, yah? Awas kmu macem2 tante aduin mama kamu yaa' Bambang nyengir malu. Ia menghentikan aksinya sebentar. Sambil terus menatap nanar puting merah muda tersebut. Kemudian kembali menghisap tanpa jilatan seperti permintaan tante Ayu. Yg tidak bisa dihindarkan adalah penisnya yang membengkak dari balik celananya menyundul2 selangkangan tante Ayu. Wanita molek itu menyadari hal itu dan mencoba memposisikan dirinya tidak seperti sedang disetubuhi remaja tersebut, tapi Bambang tetap memaksakan sehingga tante Ayu terpojok di pojok atas sofa tanpa bisa berontak lebih lanjut. 'Bambang, Bambang, Bambang, stop dulu sayang, stop stoppp' Bambang menyetop aksinya. Tante duduk sambil melotot: 'inget gk sama janji kamu tadi?' omelnya. Tapi dia tidak tampak marah betulan, mungkin hanya kesal. Bambang menunduk. 'maaf tante, kebawa emosi' 'iya tante ngerti kalian ini masih tinggi2nya libido di usia kalian itu, tante kan sudah kasih kalian kesempatan untuk sedikit menikmati keindahan tubuh wanita. Tante rela sedikit memperlihatkan tubuh tante untuk kalian krn tante sayang kalian. Untuk memperlihatkan buahdada tante ke kalian saja, tante sudah terbilang nekad, apalagi tante kan bersuami dan kalian sudah cukup beruntung'. Kami hanya mengangguk-angguk. 'kalo tadi penis si Bambang melejit dan nyelonong masuk vagina tante gimana? Masa kamu mau penetrasi tante sendiri? Kamu kebayang gk dosanya sperti apa? kalo kalian gk mau kontrol, tante batalkan saja deh acara minum susu ini,' ambeknya. 'jangan-jangan tante, kita janji deh' aku menyela. Yg lain juga mendukung sambil mengangguk-angguk. Sisa malam itu kami menghormati peraturan yang tante berikan, kami hanya strict dengan acara menghisap payudara tanpa embel2 kenakalan lain walaupun harapan kami bisa lebih beruntung daripada itu. Sambil mengenakan kembali BHnya tante menepuk2 kepala kami satu per satu. 'tante senang kalian mengikuti aturan tante. Tante harus tegas walaupun tante tau kalian pasti sangat terangsang bisa melihat isi BH tante, tante yakin kalian sudah membayangkan bisa menyetubuihi tante bukan?' Alangkah malunya kami tante bisa menebak piikiran kami. Kami hanya mengangguk-angguk lemah sambil menundukkan kepala. 'Bukannya tante munafik, terus terang tante agak2 penasaran juga gimana rasanya kalian setubuhi, pemuda2 setampan dan segagah kalian. Tapi tante akan terus merasa bersalah sama oom kalian kalo tante menuruti emosi membiarkan tubuh tante kalian nikmati. Kalau kalian menghormati om harso, tentu kalian menghormati beliau kan? Bayangkan perasaan oom kalo tau istrinya kalian setubuhi bertiga? Coba kalo kelak kalian punya istri kemudian disetubuhi orang lain, anak2 tanggung lagi. Kalo kalian terus menurut begini, tante gk keberatan kalo kalian ingin lagi sekali2 nikmati dada dan susu btante.' Kami tentunya tidak bisa berbuat lain selain mengangguk-angguk. 'Ngomong2, kalo kalian ingin lepaskan, buang aja dulu tuh di kamar mandi tante, tapi ingat ya, siram lho. Tante gk mau oom liat genangan sperma di kamar mandinya' sambil berkata begitu tante tersenyum ke arah kami bertiga. Malunya bukan kepalang lagi mendengar tante tahu saja tekanan biologis kami. Kami pun masuk kamar mandi untuk mengluarkan isi ‘peluru’ kami. Namun Bambang belum, ckup lama setelah kami keluar, Bambang akhirnya keluar juga. 'tante, aku gk bisa' 'lho kenapa? Ya sudah di ruma saja nanti ya sayang’ kata tante. 'hmmm, tante boleh nggak aku keluarin di antara dada tante?’ ucapnya malu2. Tante tersenyum. 'iya deh liat ke sini.km kbyakan liat bf kyknya nih.sini' Bambang memelorotkan celananya. Tante berjongkok di depan keponakannya itu sambil membuka kembali baju atas dan behanya. Terliat lagi sepasang payudara indah itu. Bambang pun mulai mengocok sambil membelai2 payudara tersebut. Suatu pemandangan yang ganjil bagi kami saat itu tapi sangat merangsang. Akhirnya Bambang pun keluar. Spermanya muncrat dengan deras menyirami payudara dan sebagian wajah tantenya tersayang itu. Kami tertegun tidak berkata apapun melihat itu. Tante menyeka sisa2 sperma sambil tersenyum2 simpul. 'dasar ABG' kerlingnya lagi. Kamipun beres2 dan pulang setelah itu. Semenjak hari beruntung itu, pada setiap hari-hari tertentu dalam seminggu kami pasti berkunjung kerumah tante Ayu tentunya jika oom harso tidak ada. Tante Ayu senantiasa menyambut kami dengan ramah dan penuh perhatian. Beliau tidak pernah mengecewakan kami. Menyusui kami dengan sabar satu persatu. Tidak pernah sejenakpun kami merasa bosan dengan buahdada dan putingnya yang selalu mengacung tegang tiap kali kami mainkan. Setelah waktu berlalu, tante mulai memperlunak sikapnya. Beliau tidak lagi marah bila kami menekan-nekan pistol kami di selangkangannya. Hisapan kami pun tambah bervariasi. Bambang suka menjilati sekitar putting, aku suka menggesekkan bibirku ke seluruh permukaan payudara beliau yang sangat halus tersebut, dan Eko senang sekali membenamkan wajahnya ke antara ke dua gunung kembar tersebut. Tangan kami pun makin hari makin liar, dan tante seperti nya sudah capek menjaga tangan kami sehingga akhir2nya beliau pasrah saja dengan kenekadan dan kejahilan tangan2 kami dalam menjamah bagian2 sensitif tubuhnya. Dimulai dg Bambang. Akhirnya km semua pernah merasakan mengobel vagina wanita bersuami itu. Akhirnya kami semua bisa merasakan anatomi vagina tante ayu mulai dari labia, klitoris, sampai masuk-masuk ke dalam ke rahim, alangkah indahnya. Suara menjerit dan merintih tante setiap kali jari kami menyelip masuk diantara kedua paha mulusnya terdengar sangat merdu dan menggoda. Namun semua itu kami lakukan tanpa sekalipun dibolehkan meliat langsung ke arah vagina teresbut. Sampai selama itu, senakal2nya kami, kami tetap menjaga kehormatan tante Ayu dan tidak mencoba2 mengusik daerah terlarangnya walaupun keinginan kami untuk melakukannya sudah memuncak sampai ujung kepala. Adalah Bambang yang mula2 mencetuskan keinginannya melihat kemaluan Tante Ayu. Semula kami kita tante akan marah tapi ternyata tante menanggapi permintaan kurang ajar Bambang itu dg tertawa geli. 'ya ampunn, buat apa sih Bambang? Kalian kan dah puas korek2 itu?' 'kepingin aja tante, aku belum pernah liat soalnya hehehe..' 'terus kalo dah liat mau ngapain?' 'ya nggak ngapa2in, mau liat ajaa' kami tegang sekali mendengar pembicaraan tersebut. Kami takut sekali tante marah dan mengadukan kami kepada Oom harso. Akhirnya terjadi juga. Sambil tersenyum2 menggoda, tante melepaskan celana dlmnya dan perlahan2 memperlihatkan kpd km utk pertama kalinya benda yang saat itu kami impi2kan untuk melihatnya. Km hampir berteriak saking senangnya. Namun tentunya kami tidak berani berkata apapun selain menahan nafas. Kemaluan kami yang pasti sudah tidak tertahankan lagi sedang tegang2nya di dalam celana masing2. Tante Ayu tentunya menyadari keadaan ini. Ia tersenyum simpul menyadari reaksi kami sambil mengelus2 sisi2 dari kemaluannya yang tidak tertutup bulu. 'Apa bagusnya sih benda begini aja?' godanya. Kami tidak mendengarkan dan terus saja melotot memandangi sela paha yang sama sekali tidak tertutup itu. 'udah ya?' kata tante ayu sambil pura2 hendak menaikkan celananya lagi. 'Beluuum’!!' serentak kami berteriak. 'udah dong anak2, ini punya oom kalian lhoo. Tante kan malu. Lagian nanti kalo ada yang masuk gimana?' rajuknya. 'kita pindah ke kamar aja ya tante' pancingku untung2an. Mulanya tante gak ragu. 'ihhh kamu genit yaa, awas yaa, tp tante sih mau aja, tapi awas jangan lupa daratan ya di kamar. Tante mau kalian jaga tante. Tante sudah berikan banyak buat kalian lho’ 'iya tante’ kami manut2 saja. Tapi tentunya kayalan kami melayang ke mana2. 'Tante mau deh pinjamkan tubuh tante. Puaskan imaginasi erotis kalian dg tubuh ini. Satu hal yang tante minta, kalian janji mau jaga kehormatan tante?' 'iyaaa tanteeee' serempak kami menjawab. Dengan girang Bambang mengambil inisiatif menggendong tante ke dalam kamar. Di dalam kamar kami melemparkan tante ayu ke ranjang. 'auuwwww, ya ampun' pekik tante ayu. 'ranjang tante dan oom kalian ini lho, kalian hati2 ya ponakan2ku tersayang. Tante gk mau kalian melewati batas apalagi di ranjang oom kalian dan tante yaaa'. Sekarang terlihat tante agak kuatir. Maklum suasana malam itu sepi sekali. Kami hanya senyum2 saja. Mata kami nanar meliat pemandangan yang sangat luar biasa kali ini: tante ayu telanjang bulat!! Tubuhnya telentang di atas kasur pasrah dengan kenakalan bocah2 ini. sangat putih lagi montok, mulus dan sangat menantang hasrat kelakian kami. Pahanya tidak lg tertutup memperliatkan gundukan daging tertutup bulu yang seakan menantang kami untuk menerobosnya dgn penis2 liar kami. Jantung km berdegup tidak menentu. Harapan kami bertiga saat itu sama: agar om harso tidak cepat pulang. Kali ini Eko yang duluan naik ke atas ranjang. Terliat tante agak grogi meliat tubuh Eko di atas tubuhnya yg telanjang di ranjang. 'aduh Eko, hati2 sayang, Eko, auhhh, hati hatiii..’’ tante agak panik ketika berapa kali kepala penis Eko tergesek diatas bulu2 kemaluannya ketika anak tanggung itu sedang memperbaiki posisinya. Eko melirik ke arah kita dengan pandangan agak nakal. Kami menangkap sinyal yang dilemparkan eko namun belum berani memutuskan apa2. Maklum. Ini semua terlalu beresiko, kami tidak yakin apakah tante ayu akan tetap sebaik sekarang kalau kami melangkah lebih jauh dari biasanya. Untuk sementara, Eko menuruti kata-kata tante untuk menghindarkan penisnya tergesek ke benda ‘keramat’ itu. Tante pun mulai kembali relax. Ia mulai ‘memperlakukan’ Eko dengan baik. Ia biarkan anak tanggung itu merangkah di atas tubuhnya dan menjilati seluruh permukaan payudaranya. Eko menikmati licinnya kulit payudara tante dengan jilatan2 lembut dan sangat perlahan. Saat menyentuh putting tante, eko tambah memperlambat gerakan lidahnya dan memutari putting tersebut dengan gerakan melingkar2 dengan ujung lidahnya. Sesekali ia menyapu putting tersebut dengan suatu jilatan halus. Terlihat tante ayu meregang. Badannya sesekali melengkung ke atas menggelinjang menikmati jilatan2 eko yang mulai pintar itu. Eko menangkap reaksi baik tante ayu itu dan memindahkan tangan kirinya ke antara paha tante. Mula2 ia membelai2 bulu2 tersebut dengan sangat lembut, kemudian jari tengahnya mulai menyelip. Dan bless, dalam tempo bbrp milisecond kami menyaksikan jari tengahnya menghilang di antara bulu2 halus dan tipis tersebut, menerobos di gundukan daging imut melalui celah2nya. Tante ayu menjerit halus. Namun sempat cekikikan geli. Kami menganga, adegan itu membuat adik2 kecil kami berdiri dengan tegangnya dan tidak seperti biasanya, kami tidak buru2 ingin rekan kami menyelesaikan gilirannya. Kami pun tidak habis pikir mengapa Eko kali itu sangat sabar dan cukup canggih memancing reaksi tante! Tante keliatan bimbang. Dia mulai berontak namun tiap kali jari Eko meneborobos, matanya mendelik ke atas. Tindakan preventif tante adalah dia menutup pahanya dan membelokkannya ke samping sehingga remaja tanggung itu tidak bisa mengarahkan penisnya di antara selangkangan wanita berusia jauh di atasnya itu. Namun Eko tidak buru2 keliatannya. Dia benamkan berkali2 jarinya, sampai basah sekali. Bambang berkali2 meliat ke luar jendela meliat ke pagar. Jelas dialah yang paling panik dari semua di antara kita, karena yang sedang dikerjain adalah tantenya sendiri. Ruangan ber AC tp kami berempat berkeringat. Apalagi Eko dan Tante Ayu. Mereka terus bergumul di saksikan mata melotot saya dan bambang. Tiba2 bambang menghentikan aksinya, bangkit dan berdiri begitu saja di samping tempat tidur, Penisnya yang sudah sangat bengkak terjuntai begitu saja tepat di samping badan tante Ayu. Tante yang sintal itu ikut heran seperti kami. 'sudah eko? Kamu kenyang ya?' kami tahu maksud tante dengan kenyang adalah puas tp tidak enak dia menggunakan kata itu. Tentunya dia heran karena Eko belum ejakulasi. Dan dia pasti maklum, kali ini sasaran kami adalah sampai ejakulasi tidak seperti biasanya. Walaupun untuk mengharapkan ejakulasi di dalam vagina tante ayu masih terlalu muluk bagi kami saat itu. Eko hanya tersenyum-senyum saja. Dia menelan sisa2 susu tante ayu yang masih ada dalam mulutnya. Tante bangun dari posisi telentang, ia mengambil kain di sisi tempat tidur dan menyeka payudaranya. Kami semua terdiam tidak tahu apa yang harus kami lakukan saat itu. Nafsu binatang sudah memuncak sampai ke ubun2 kami semua. Bahkan Bambang keliatan sudah tidak perduli lagi hubungan darahnya dengan tante ayu. Kami bertiga tertegun memperhatikan tante ayu yang masih telanjang bulat itu selama beberapa menit. Tiba2 Eko memeluk tante ayu. Tante yang tidak curiga tersenyum manis dan memeluk balik anak tanggung itu. 'kamu udah ya gilirannya? Sekarang gantian sama Bambang atau Wawan ya?' Eko mengangguk2. Namun tangannya meremas payudara tante sekali lagi. Tante memegang tangan nakal itu dan memindahkannya ke perutnya. 'Sudah ya sayang. Cukup ya. Kasian yang lain kepingin juga tuh'. Eko dalam tempo bberapa detik memindahkan balik tangan tante ke penisnya dan memberi tanda ke tante untuk mengocoknya. Lagi2 tante dengan sabar tersenyum dan menuruti. Mungkin dengan demikian ia pikir Eko akan cepat keluar dan menyelesaikan ‘penasaran’nya pada tubuhnya yang bugil total saat itu. Mungkin itu juga dalam rencananya ke pada aku berdua Bambang. Supaya cepat selesai dan kami cepat keluar dari rumahnya. Namun dugaannya meleset jauh. Nafsu yg sudah memuncak Eko memberinya keberanian utk membaringkan Tante Ayu sekali lagi. Tante yang keliatan masih bertanya2 mula2 menurut. Namun ketika Eko menggunakan tangannya mengangkangkan kedua pahanya. Ia berontak dengan keras! 'Eko!! Mau ngapain kamu????' jeritnya tertahan. Karena saat itu, tangan Eko yang satu menekan tangan kiri tante ke tempat tidur dan menggiring penisnya mengarah kepada kemaluan tante yang sudah keliatan basah. Aku dan Bambang bengong tanpa mampu berbuat apa2. Sebagian dari pikiran kami panik takut sekali ini akan jadi peristiwa pemerkosaan dan kami akan terlibat di dalamnya. Sebagian lain dari otak kami, menginginkan Eko membuka peluang itu untuk kami juga. Tak ada seorang pun di antara kami yang sanggup menahan godaan seksuil memandang tubuh yang selama ini hanya ada dalam khayalan kami itu dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun. Tanpa saling bicara kami sadar dalam hati bahwa kesepakatan kali ini hanya satu: menikmati tubuh itu bergantian! Namun sekuat2nya tante ayu melawan, tenaga eko lebih kuat. Dengan memaksa ujung penis eko mulai menguak celah surgawi milik istri om harso itu. Kami hampir tidak berani meliat. Ketegangan, ketakutan, bercampur dengan harap2 cemas bahwa tante akan menyerah saja dan setelah itu kami mendapatkan giliran kami masing-masing. Yang kami lihat saat itu ialah tante yang pucat pasi dan panik luar biasa. Namun karena tenaganya sudah mulai habis, perlawanannya pun melemah. Usaha terakhirnya ialah mendorong dada eko sekuatnya. Namun ekok sudah kerasukan. Kepala helm terus merangsek masuk senti demi senti. 'oh my god oh my god, eko, eko, sadar sayang, eko, elin elingggg.. nggggghhhh. Eko itu masuk, masuk sayang. Please udah udah, tante mohon sayang, eko ya ampun, ekoo ampunnnn dehhhh... ohhhh.. om bentar lagi pulang eko.. udah yaaaa.. auuuuuuwwww ekkkkoooo... ' kami meliat ujung penis eko sudah mulai menghilang. Astagaaaaa. Seakan kami tidak mempercayai apa yang kami liat malam itu. Eko berhasil melakukan sesuatu yang selama ini hanya mimpi! Eko benar2 pahlawan kami saat itu. Seiring dengan melesaknya si jagoan kecil eko, mata tante mendelik2 sehingga cuma keliatan putihnya saja. Hidungnya kembang kempis, nafasnya tambah memburu. putingnya yang selama ini memang sudah memunjung posisinya tambah memunjung ke atas. Siapapun yang melihat dia dalam posisi ini pasti akan terangsang dan mungkin akan join dengan eko untuk mengerjainya. Keberanian tante bermain dengan resiko selama ini menjadi bumerang. Akhirnya ia harus termakan kenakalannya sendiri yang dimulai dari niat flirting saja. Seorg anak tanggung berhasil mempenetrasinya!!! Ini adalah ganjaran yg mgkn akan disesali tante Ayu seumur hidupnya. Sisa-sisa tenaga tante ayu mungkin tidak cukup lagi untuk menghentikan Eko. Eko mulai mencumbu wanita yang jauh lebih tua dari mereka itu. Ia menciumi leher tante ayu, dan menjilati dadanya. Tangan tante ayu direntangkan dan dia terus menekan masuk sepnuhnya masuk dalam liang pertahanan terakhir tante ayu. Tante ayu pun menjerit ckup kencang kali ini. Ia melenguh sangat panjang namun tidak bisa memungkiri kenikmatan yang diperolehnya dari kenekadan pemuda yang tidak sampai setengah umurnya dari dia tersebut. 'ekkkooooo, gila kamu sayang.. owwww.. itu masuk semua.. Ya ampun Eko, what the hell are you doing.. ekkoooo jangan sayanggggg, oh God, you’re fucking me Eko, please stoppppp...' . dan blesssss.. kami mnahan nafas. Eko sejenak terdiam. Ini berhenti dalam posisi penisnya terbenam seluruhnya sampai ke pangkal rahim tante. Terasa ujungnya menyentuh dinding2 hangat yang sangat nyaman rasanya. Ia menghentikan aksi dorongnya krn sudah tidak bisa mendorong lagi. Semua terdiam . kami menunggu reaksi tante selanjutnya. Eko mulai tampak bimbang dan takut. Mungkin ia menyadari kenekadannya saat itu dan resiko besar yg akan diterimanya bila tante marah dan memutuskan melaporkan kami ke om Harso atau lebih parah, polisi!! Posisi mereka tetap sama, eko menindih tante dari atas dan penisnya tertancap dalam2. Setelah bbrp menit, tante mulai buka suara. Ia mulai keliatan tenang dan berusaha menguasai diri. 'eko, km sadar gk kamu lagi apa sayang? Km udah gaulin tante sayang' suaranya lirih dan lembut namun terdengar sedih. Dibelainya rambut remaja tanggung pertama yg berhasil melakukan hal tabu thd dirinya itu. 'enggg, iya tante' wajah eko keliatan ketakutan sekali dan penuh rasa bersalah. Namun dia tidak mau menarik penisnya dari dalam liang tante. Tante mendorong Eko perlahan, penis Eko pun tercabut dari liangnya. Flop! Mereka berdua tetap duduk di ranjang. Perkataan tante Ayu selanjutnya membuat kami shock dan tidak akan kami lupakan seumur hidup kami. 'ya sudah. Kalau ini yang kalian mau, tante cuman bisa pasrah. Eko sekarang kamu lanjutkan saja ya, selesaikan apa yg km dah mulai. yang lain ke luar dulu. Tante akan puasin kalian satu persatu. Tante rela kok. Asal ini menjadi rahasia kita berempat' serasa petir di siang bolong pernyataan itu. Saya dan bambang termangu seperti orang bego namun perlahan menurut dan beranjak meninggalkan ruangan. 'Bambang dan wawan, tolong liat2 ke luar, tante takut om pulang tiba2' kami pun menunggu di luar pintu kamar. Sambil berjalan ragu ke luar kamar, kami sempat menengok ke belakang, Eko beranjak naik ke kasur sementara tante menunggu pasrah. Nampaknya tante sudah putus akal gimana menghadapi kenakalan dan kekurangajaran kami bertiga. Mungkin dengan cara ini sajalah ia merasa kami tidak akan lagi kurang ajar besok2 terhadap dirinya. Cara yang sangat menguntungkan kami: melayani kami! Ini lah titik paling berkesan dalam hidup kami dan kami sadari itu. Alangkah beruntung nya kami dan alangkah kasiannya Oom Harso, istrinya yang cantik jelita sebentar lagi akan dilahap 3 anak tanggung kurang ajar. Dari dalam arah kamar terdengar suara rintihan tante dan erangan Eko. Gila tu anak, emang nekadnya jangan ditanya lagi deh. Tp hari ini segala kenekadannya membuahkan hasil. Siapa nyana dia berhasil menyetubuhi wanita secantik, semolek tante ayu? Bahkan untuk mengkhayalkan saja untuk kami sudah terlalu muluk saat itu. Kami berusaha mengintip tp sulit sekali karena lubang angin di atas pintu terlalu tinggi dan lubang kunci terlalu kecil untuk dapat melihat jelas ke dalam. Dari balik lubang kunci kami hanya bisa melihat kaki Eko di antara kaki tante dan dalam posisi menggenjot tante. Ouch, Damn lucky bastard!! Pikir kami saat itu. Tak lama berselang, terdengar Eko menjerit tertahan. Hmm, selesai juga anak bedebah itu, pikir aku dan Bambang. Untuk beberapa lama Eko dan Tante terdiam. Kami tidak berani mengintip lagi takut mereka ke luar kamar tiba2. Tak lama berselang pintu di buka, Eko keluar dengan tampang lemas tapi puas. 'siapa lagi tuh?' Seringainya. Aku dan Bambang berpandang2an. Akhirnya Bambang memberikan kode kepadaku untuk masuk duluan. Dia masih tampak ragu berat melakukan hal ini walaupun kami semua tau dia sangat menginginkannya. Dengan deg2an aku masuk ke kamar. Nampak Tante Ayu baru aja selesai basuh2 dari kamar mandi. Ia mengerling ke arahku dengan wajah sendu. 'kamu mau skarang? Tapi pelan2 ya, tante masih capek.' Aku cuman mengangguk. Tante memeluk aku dan mencium keningku. 'Mudah2an setelah ini, kamu gk ngelakuin ini sama siapapun seblum kamu nikah ya. Tante yakin tante akan menyesal tp tante melakukan ini karena tante sayang sama kalian.' 'iya tante’ Aku hanya mengangguk2, tapi tentunya tak sedikitpun mengindahkan ucapan itu. Selagi ia memeluknya, pandanganku hanya ke arah dadanya yang membusung indah dan hanya ditutupi daster tipis. Aah, Eko, hebat lo bisa merasakan tubuh ini pertama kali. Setelah ‘wejangan2nya’ tante menuntunkku ke arah ranjang. Aku memeluknya dari belakang. Harum. Ia memegang pinggulku ke arah belakang. Aku melingkarkan tangah membelai perutnya. Aku menaikkan bagian bawah daster sampai ke pinggang sambil menciumi lehernya. Tanganku membelai pinnggangnya yg kecil dan liat, menyelipkan jariku di pusarnya. Mataku sesekali menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tidak ada perasaan bersalah sedikitpun melihat foto2 tante ayu, suami dan keluarganya. Akal sehatku mati, yg ada hanyalah keinginan untuk mencetak score pertamaku. Dan dengan wanita secantik dan semulus itu!!! Tanganku membelai bagian tengah pahanya yg sudah kembali terbalut celana dalam, meraba tekstur bulu2 halus itu dari balik celana dalam tipis merupakan pengalaman menarik tersendiri. Jariku mulai meraba ke arah ‘belahan bawah’. Hmm sudah mulai basah. Andai saat itu aku sudah pernah merasakan seks, tentunya aku akan terus melanjutkan foreplay dengan berbagai macam teknik, namun aku tak kuat. Secepatnya aku dotong badannya agar menekuk dan menungging di pinggir kasur. Aku pelorotin celana dalamnya. Yang aku liat skarang adalah belahan vagina yg tertutup bulu2 halus dan pendek. Aku terpana. Ini kah vagina pertamaku? Seindah ini kah? Pantat tante membulat sempurna, pinggangnya begitu kecil dan kencang, tidak sedikitpun seperti orang yg pernah melahirkan 2 anak. Aku memelorotkan celanaku sendiri dan blesssss.. aku seakan hendak berteriak kencang namun bisa mengontrol diri, agar tetangga tidka mendengar. Tante berusaha meraih kepalaku ke arah belakang punggungnya, sehingga badannya agak meliuk. Aku mulai menggenjot, struktur kulit dan tulang di dalam vagina benar2 baru bagiku saat itu. Aku menggenjot dan menggenjot. Namun tidak sampai 5 menit, semprotan kencang spermaku tidak dapat lagi aku tahan. Aku menyemprot dan menyemprot sampai tetes terakhir, semua nya di dalam, tak satupun yg aku keluarkan. Vagina tante berdenyut kencang sekali, mencengkram penisku seperti memerasnya. Tak lama aku terkulai lemas. Tante mengambil tissue dan mengelap liang vaginanya. 'aduuh,, supply nya banyak sekali protein murni deh buat tante hari ini' wajahnya tetap jenaka, aku memandang tubuhnya sekali lagi seakan tidak percaya. Tante mencium kening ku sekali lagi. 'udah sayang?' Aku tersenyum lemah. 'sudah tante’ 'ok, kamu sekarang basuh2, terus panggil bambang ya. Lupakan apa yang barusan terjadi. Tante senang kamu menikmatinya, tante ingin kamu kenang barusan sebagai sex pertama kamu, tp bukan dengan tante’ aku hanya mengiyakan. Giliran selanjutnya tentunya bambang. Aku menyuruhnya masuk, dan menunggu di luar dengan eko. Di luar dugaan, bambang berada di dalam lama sekali. Hampir satu jam. Belakangan dia baru cerita justru anti klimaks, tidak bisa ereksi, mungkin karena terlalu tegang dan merasa kikuk serta bersalah. Namun akhirnya berhasil dengan ketelatenan tante Ayu yg sangat tenang dan cool malam itu. Kami benar2 mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Setelah bambang selesai, hampir satu jam kami duduk2 di ruang TV menonton acara komedi. Namun pikiran kami tak satupun yang tau apa isi acara. Terbayang pengalaman luar biasa ygn baru terjadi. Ketika aku kuliah, sempat sekali pulang dan menelpon tante Ayu, dia sudah anak 3, bambang dan Eko sudah pindah jg. Eko ke Melbourne melanjutkan kuliah malah. Aku janjian dengan tante di KFC dekat rumah tante. Pulangnya aku menjemput anak bungsu tante ke sekolah dengan tante jg. Sesampai di rumah, anak itu langsung makan dan tidur siang. Aku melahap tante Ayu sebagai nostalgia, pinggangnya sudah lumayan besar dan badannya agak kendor namun jangan tanya berapa orgasme yang aku dapat sore itu. Tamat

= Hadiah Ulang Tahun =-

Pada suatu hari, Juma’t sore tepatnya, ketika aku sedang mengemudi menuju rumah sepulang dari kantor, aku seperti kehilangan sesuatu. Gimana nggak? Hari ini sebenarnya ulang tahunku dan aku ingin week-end di Puncak sama pacarku, Sarah, tapi apa boleh buat, si do’i lagi pergi ke Singapura mengantarkan Omanya berobat. Kalau dia lagi di sini, aku yakin dia pasti kasih aku hadiah yang tak terlupakan.. vaginanya! Tengah-tengahnya aku melamun, kebetulan aku lagi kejebak macet di daerah Blok M, aku di klakson sama mobil merah di belakang mobilku. Kulihat di kaca spion, Starlet merah ini berusaha banget melewatiku, yang nyetir perempuan pakai kacamata Rayban. Dasarnya macet, bagaimana caranya kasih dia jalan, terus iseng-iseng kuperhatikan lewat kaca spion, ternyata perempuan itu cakep juga. Waktu ada kesempatan akhirnya aku kasih dia lewat, eh ternyata bukannya melewatiku malah dia membarengiku, terus dia buka kaca jendelanya dan dia meneriaki aku supaya mengikuti dia. Dengan tanda tanya, aku ikuti saja itu cewek, kepingin tahu apa maunya tuh cewek. Dia menuju ke daerah Pondok Indah, setelah beberapa kali melewati perempatan, > akhirnya dia memasukan mobilnya ke dalam garasi sebuah rumah besar dan memberi kode ke aku supaya parkir mobilku di garasi itu juga. Sambil ragu-ragu, aku turun dari mobil dan dia bilang, 'Ayo, masuk!' Sambil jalan ke pintu ruang tamu, kuperhatikan tuh cewek, perawakan nggak terlalu tinggi tapi dari lekuk kaosnya, aku tahu kalau dia punya payudara yang cukup besar, pantatnya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus, terus betisnya jenjang dan putih mulus. Akhirnya dia membuka kacamatanya, dan aku terpana melihat matanya yang berbinar-binar 'menjanjikan' demikian juga bibirnya, lehernya yang indah tertutup rambutnya yang sebahu. Setelah dia menutup pintu, tiba-tiba dia memelukku dan kasih aku ciuman yang hot, lidahnya terasa masuk ke mulutku dan memainkan lidahku. Dadaku pun terasa bertumbukan dengan dua payudara yang kenyal, mau nggak mau penisku berdiri juga akhirnya. Sambil menciumiku, tangannya membuka retsleting celanaku dan dia masukan tangannya ke celanaku, nggak berapa lama penisku sudah di remas-remas tangan yang halus itu. Aku juga nggak mau kalah agresif, aku buka kaitan BH di punggungnya dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya. Kurang lebih 10 menit kita main-main, dia melepaskan ciumannya dan menarikku ke sebuah kamar tidur. Dengan setengah bingung, aku tanya dia, 'Sebenernya kamu siapa sih?' Eh, si dia malah kasih kode supaya aku nggak banyak suara. Di dalam kamar tidur, dia nanya aku, 'Andre, kita mandi dulu yuk, aku kepanasan nih!' Terus sambil mengecup dan menciumku, dia mulai melepaskan kancing-kancing hem-ku dan aku juga nggak mau kalah, aku bukakan kaos dan BH-nya. Ternyata aku nggak salah, payudaranya benar-benar bagus, berdiri tegak dan putingnya berwarna coklat muda. Membuat aku jadi lupa daratan dan langsung saja kuremas dan kuhisap putingnya, dia menggelinjang-gelinjang keenakan. Akhirnya dia berhasil membuka hem-ku dan terus membukakan celanaku, sepatu dan kaos kakiku akhirnya juga dilepaskan. Setelah itu, kubuka rok mininya dan kupeloroti celana dalamnya. Aku lihat bibir vaginanya yang menonjol ditutupi oleh bulu kemaluan yang masih tipis. Sesudah itu dia juga meloroti celana dalamku, dan sekarang dia lihat penis 16 cm punyaku yang sudah tegang. 'Ndre, aku harus ngerasain penis lu nih!' sambil ngomong gitu dia narik aku ke kamar mandi. Di kamar mandi, waktu menyabuni badanku, dia juga nggak lupa meremas-remas penisku dan makin membuatku bernafsu. Waktu giliranku, aku sabuni itu payudaranya sambil kuremas-remas sedikit, sudah itu kucium dan peluk dia sambil kusabuni punggungnya dan yang terakhir kuelus-elus bibir vaginanya pakai sabun dan dia mulai merintih-rintih karena birahinya mulai naik. Akhirnya dia menyalakan shower dan kita membilas badan pakai air yang sejuk itu. Sesudah itu dia pingin mengeringi badannya pakai handuk, tapi aku sudah nggak sabar dan langsung saja dia kugendong ke tempat tidur dan dia nggak menolak malah mencium dan memelukku erat-erat, soalnya dia juga takut jatuh. Kubaringkan dia di ranjang dan aku mulai menciumi bibir dan lehernya, aku juga nggak lupa meremas-remas payudaranya yang mulai tegang. Sesudah itu, aku turun buat menciumi payudara dan belahan dadanya, sementara itu jari manisku masuk ke vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya, dia cuma bisa mendesah-desah dan menggelinjang nikmat. Setelah beberapa saat, dia bilang ke aku supaya bikin posisi 69. Sekarang dia menggenggam penisku dan mulai menjilatinya, setelah itu penisku mulai dikulum dan dihisap, gerakan lidah dan mulutnya benar-benar merangsang birahiku. Aku juga nggak mau ketinggalan, aku renggangin pahanya dan sekarang kulihat bibir vaginanya yang menantang itu. Mulanya aku cuma menjilati dan mengecup bibir bawahnya itu, tetapi lama-lama kubuka vaginanya pakai jari-jari tangan kiriku dan aku lihat bibir vaginanya yang dalam berwarna merah muda, dengan nggak sabar kukecup dan hisap bagian itu dan akibatnya dia menggelinjang dengan gerakan-gerakan yang sensual tapi nggak ada suara yang keluar karena penisku masih ada dalam mulutnya. Sambil terus kukecup dan jilatin vaginanya, aku masukan jari tengahku ke vaginanya buat merangsang clitorisnya, dan aku merasakan liang vaginanya hangat dan mulai basah. Akhirnya jariku menemui clitorisnya dan aku elus-elus, nafsu birahinya makin terangsang sampai-sampai dia menggerakkan pantatnya naik turun dan melepaskan penisku dari mulutnya dan mulai aku denger rintihan penuh birahi dari mulutnya, tapi aku masih cuek dan tetap mainin vaginanya pakai jari dan lidahku. Gerakan pinggulnya makin nggak karuan dan aku juga ngerasain liang vaginanya makin basah. Akhirnya dia nggak tahan, dan setengah memohon dia bilang, ' Ndre, entot aku.. Please!' dan kuputar badanku. Dia benar-benar sudah nggak sabar, selangkangannya sudah terbuka dan memperlihatkan vaginanya yang makin bengkak, sesudah itu kumasukan kepala penisku ke bibir vaginanya, kira-kira cuma 5 cm dari penisku yang masuk. Sementara itu tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang makin keras dan aku juga mulai mengisap putingnya yang coklat muda, sesudah itu kugoyang maju mundur penisku dan sengaja nggak kumasukan semuanya. Rupanya dia makin penasaran dan dia bilang, 'Ndre, masukin yang dalem dong.. aku pingin ngerasain penis lu di vaginaku.' Dan aku jawab, 'Ada syaratnya say, pertama nama lu siapa? sudah itu umur lu berapa?' Terus saja dia jawab, 'Nama gue Shalny, umur gue 21, kalau lu pingin tahu yang lain lu entot gue dulu deh!' Akhirnya kumasukan penisku dalam, ufh ternyata vaginanya luar biasa, Terus saja kugoyang maju mundur. Pertama kugoyang pelan-pelan, eh si Shalny minta lebih cepat lagi, 'Ndre, terus.. teken lebih keras lagi.. ughh, terus Ndre.. teruss, eghh', sudah begitu si Shalny menggerakan pantatnya naik turun seirama dengan goyanganku, akibatnya aku dan dia merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah beberapa lama, kulepaskan penisku dari vaginanya dan kusuruh si Shalny, 'Shal, sekarang lu diatas!' Dia menuruti perintahku, terus dia jongkok di atas pinggangku dan penisku di pegang dan diarahkan ke vaginanya, setelah itu dia duduk di selangkanganku dan penisku terbenam lagi di vaginanya yang makin basah. 'Ayo Shal, sekarang giliran lu ngentot gue!' sudah itu Shalny mulai menggerakan badannya turun naik, seperti orang naik kuda. Penisku keluar masuk vaginanya dengan gesekan yang luar biasa nikmatnya. Sambil menggerakan badannya turun naik, Shalny mulai meremas-remas payudaranya sendiri sambil mendesah-desah sensual, aku semakin nafsu melihat tampangnya yang cantik itu mulai kelihatan tanda-tanda orgasme. Akhirnya setelah kurang lebih 15 menit diatasku, Shalny setengah menjerit, 'Ndre, gue mau keluar nih.. Oohh', dan terasa penisku di basahi cairan, sesudah itu Shalny langsung merebahkan badannya di atas badanku, sementara penisku masih menancap di vaginanya. Dengan sedikit tenaga, aku gulingkan badanku sehingga sekarang dia ada di bawahku lagi. Aku kecup bibirnya, leher sama kupingnya sambil kuremas pelan-pelan payudaranya. Shalny masih menggeletak lemas di bawahku, setelah aku cumbu beberapa saat dia mulai merespon ciuman-ciumanku. Setelah kutahu dia mulai bernafsu lagi, aku mulai menggoyangkan penisku lagi dan ternyata makin lama Shalny juga makin panas, dia membalas ciuman-ciumanku dengan bernafsu. Sudah itu aku melepaskan pelukannya dan kuambil posisi push-up dan kugoyang pinggulku naik turun, penisku keluar masuk vaginanya dengan goyangan maksimum. Mula-mula kugoyang dengan pelan-pelan dan dia mulai mendesah nikmat, 'Achh, Ndre.. cepetin goyangannya dong!' dan aku menurut saja, aku mempercepat goyanganku dan penisku timbul tenggelam di vaginanya yang makin basah. Sementara itu, Shalny tergeletak pasrah di bawahku, tangannya meremas-remas payudaranya yang semakin keras, dari mulutnya yang sensual itu, keluar desahan yang makin lama makin keras, 'Emmhh.. ughh.. terus Ndre.. terus.. Uhh.. cepet lagi Ndre.. Aghh.' Nggak lama kemudian, badannya mulai mengejang, itu tandanya dia mau orgasme dan makin aku percepat goyanganku. Akhirnya Shalny menjerit lagi, 'Ooghh.. Ehhmm', dan badannya makin mengejang, sesudah itu kutindih dia dan aku di peluknya dengan keras tapi aku masih menggoyangkan kejantananku keluar masuk celah kewanitaannya yang benar-benar sudah basah itu. 'Ndre.. Ufhh.. Ndre.. udahan dong.. Ehmm', desis Shalny, terus aku bilang, 'Bentar lagi Shal!' akhirnya nggak lama aku cabut kejantananku dari liang surgawi-nya, hingga spermaku langsung muncrat keluar dan aku merasakan orgasme yang luar biasa nikmat. Sesudah itu Shalny menjilati penisku sampai bersih dan memelukku, badannya lemas tapi aku tahu dia baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sambil kupeluk, aku ciumi dia di kening dan pipinya, aku juga elus-elus punggungnya. Matanya masih terpejam, sepertinya dia benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya. Nggak lama kemudian, dia melepaskan pelukannya dan bilang, 'Ndre, aku harus pergi nih!' sambil memakai bajunya. Terus aku sahut, 'OK, thanks ya Shal.. lu benar-benar luar biasa!' dan dia jawab 'Elo jangan terima kasih ke aku.. ke Sarah saja, itu tadi hadiah ulang tahun Sarah buat lu!' 'Hah??!' aku cuma bisa bengong saja, aku mesti bales apa nih ke Sarah, cewekku itu? Akhirnya, aku dan Shalny keluar dari rumah itu, yang ternyata dia pinjam dari temannya khusus buat men-servis aku. Sebelum masuk ke mobilnya, dia berkata, 'Pantes si Sarah betah sama lu.. aku akuin lu hebat Ndre!' terus aku balas, 'Kalau lu mau lagi, lu kirim e-mail saja ke aku. Dia mengangguk setuju dan melambaikan tangannya. tamat

-= Gita Tidak Takut =-

Di hari pertamaku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tidak ada yang aku kenal satupun, sehingga aku seperti orang nyasar, bingung celingak-celinguk kesana kemari. Sewaktu sedang bingung-bingungnya tiba-tiba ada cewek yang menegurku, 'Eh, tau kelas MI1-3 nggak?'. Eeiittss.., ternyata aku juga cari kelas itu.., lalu aku jawab, 'mm.., saya juga tidak tahu, mendingan cari sama-sama yuk'. 'Saya Gita' dia sebut namanya duluan. 'Aku Iwan', aku sebut namaku juga, di situlah aku mulai punya teman bernama Gita. Cewek manis ini mempunyai kulit kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49 Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan melihatnya adalah dadanya yang menantang, cukup besar untuk ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali. Begitu pula dengan pantatnya, aku paling suka jika dia memakai jeans ketat, dengan kaos oblong warna putih. Kadang jika ia bercanda, ngomongnya nyerempet-nyerempet porno terus, walaupun sekali-sekali saja. Tiga bulan sudah lamanya aku dekat dengannya, jalan kemanapun selalu bersama, walaupun dia belum resmi jadi pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua kemanapun. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap. Entah kenapa hari ini dia mengajakku bercanda yang berbau porno terus, dari pagi hingga siang hari. Sampai akhirnya ia bertanya begini, 'Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dadanya besar atau sedeng-sedeng saja?'. Lalu aku jawab 'Mm.., yang kayak apa ya?, kayaknya aku suka yang seperti punya kamu itu lho'. 'Lho emang kamu pernah liat punyaku?', tanya dia. Aku bilang 'Gimana mau liat, orang kamunya ajah nggak pernah kasih kesempatan.., heheheh'. Dia tanya lagi sambil bercanda, 'Kalo aku kasih kesempatan gimana?'. Aku jawab, 'Yaa.., nggak aku sia-sia’in'. 'Emang berani?', tantang Gita. 'Siapa takut..', jawabku tidak mau kalah. 'Kalo gitu bukti’in!', kata Gita. 'Oke.., kita cari losmen sekarang.., gimana?', tantangku gantian. 'Siapa takut..', jawabnya tidak mau kalah juga. Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di depan sebuah losmen, dia berkata, 'Wan, disini ajah.., kayaknya losmennya bagus tuh'. 'Deg!!', jantungku terasa berhenti. Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku masuk ke halaman losmen tersebut. Aku masih diam dan setengah tidak percaya. Terus dia berkata, 'Kamu angkat tas-tas kita, aku yang check in.., OK?'. Seperti babu kepada majikannya, aku ikuti kata-katanya dan mengikuti langkahnya masuk ke losmen. Masuk ke kamar losmen langsung kita tutup dan kunci pintunya, aku masih terdiam terus duduk di atas kasur sampai dia berkata, 'OK, sekarang aku kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi jangan macem-macem yaa?'. Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke atas, dan langsung melemparkan ke atas tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil menatapku yang juga terdiam, walaupun sebenarnya aku sedang terpana. Beberapa saat dia arahkan tangan kanannya ke pundak kirinya, digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan. Lalu gantian tangan kirinya ke pundak kanan melakukan hal yang sama. Lalu tangan kanannya diarahkan ke punggung, tetapi tangan kirinya masih memegangi BH bagian depannya. Oh God.., Nafasku terasa berhenti di tenggorokanku.., BH-nya telah terlepas, tetapi masih ditahan bagian depannya oleh tangan kirinya. Gita terus memandangiku. Gita menggigit bibir bagian bawahnya. Tiba-tiba ia berkata, 'Aku nggak akan lepas ini, jika kamu nggak buka pakaianmu semuanya' Aku ragu-ragu.., tetapi nafasku sudah tidak bisa diatur lagi.., aku buka kaosku.., aku buka jeansku.., lalu aku berhenti, tinggal celana dalam yang aku kenakan.., gantian aku yang menantang, 'Aku nggak akan buka ini, jika kamu nggak lepas itu sekarang' Gita diam sejenak lalu dia turunkan perlahan tangan kirinya dan akhirnya terlihat jelas buah dadanya yang kuning langsat dan benar-benar menantang. Belum sempat aku rampung menikmati pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat ke arahku dan mendorongku telentang di kasur, dengan cepat dia mencium bibirku. Aku yang masih kaget akan serangan mendadak ini tidak menyia-nyiakannya, kami saling berciuman, saling melumat bibir, 'uugghh.., oohh..', hanya kata itu yang Gita keluarkan. Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik celana jeansnya sudah terlepas. Kami sama-sama hanya memakai celana dalam saja, saling pandang tetapi itu hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat ia menarik celana dalamku kebawah dan melepasnya. Gita tersenyum dan sedikit tertawa, aku tak tahu dia senang melihat punyaku atau menertawai punyaku? Akupun tidak mau kalah, kutarik perlahan-lahan celana dalamnya sedikit demi sedikit, ternyata Gita sudah tidak sabar lalu dia tarik sendiri celana dalamnya dan melemparnya ke belakang, belum sempat celana dalamnya menyentuh lantai bibirnya sudah melumat bibirku, 'oohh..', kami sekarang benar-benar telanjang bulat. Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak lama karena aku keburu membalik badanku. Sekarang gantian ia yang telentang di kasur. Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi lehernya, bibir, leher lagi. 'Hhmmhh.., uugghh.., sstt', cuma itu yang dia katakan. Ciumanku sudah ‘bosan’ di leher. Aku mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-tiba dia mengangkat dadanya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku langsung ciumi buah dadanya sebelah kiri, sedang tangan kananku mengelus-elus buah dadanya yang kanan. Kali ini tangan kirinya sudah memegang kepalaku. 'sstt.., hh.., sstt..', mulutnya berdesis seperti ular. Dia menarik rambutku dan kepalaku dan mengarahkan kepalaku ke buah dadanya sebelah kanan. Dengan t'. Lalu dengan gigiku aku mulai mengigit-gigit sedikit puting susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu bergantian dan adil. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, 'Teruuss.., teruuss.., yang keras.., aahh.., gigit Wan.., gghh.., sstt'. Sementara punyaku sudah tegang keras. Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, 'Wan.., Iwan.., uugghh.., sekarang ajjaah.., masuk’iin.., nggak usah pake mulut lagi.., masukin sekaraanng.., plizz..'. Aku langsung di dorongnya. Sekarang ganti posisi, aku yang telentang dan Gita berada di atasku. Selangkangannya mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti yang dia cari adalah punyaku. Begitu posisinya tepat, Gita mendorongnya dengan kuat. 'uugghh..', sedang aku sedikit berteriak, 'aahh'. Punyaku sudah terbenam di dalam selangkangannya. Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan. Matanya terpejam, bibirnya digigit seperti menahan sesuatu, sering dari mulutnya keluar kata-kata, 'oohh.., sshhtt.., uugghh.., sshhss.., sshhiitt.., aacchh.., oouuhh..', nafasnya tidak lagi teratur. Kedua tangannya meremas-remas buah dadanya sendiri, kepalanya sering menengadah ke atas, 'uugghh.., oohh.., sshhsstt'. Sedangkan aku hanya sanggup meremas sprei di kiri dan kananku dengan kedua tanganku. Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku hanya suara nafasku saja yang terdengar. Kali ini aku yang mengambil alih 'kekuasannya' gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus. Aku jadi tambah bernafsu untuk segera memasukkan punyaku ke punyanya. Aku angkat pinggulnya dan Gitapun mengangkat badannya dengan kedua tangan dan kakinya. Sekarang posisinya seperti mau merangkak. Langsung tanpa tunggu waktu lagi aku mencoba memasukan 'adikku' ke lubang vaginanya. 'Mmaasuukkiinn.., ceeppeett..', Gita memohon kepadaku tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya punyaku sudah masuk ke vaginanya. 'oohh..', dari mulutku keluar kata tersebut. Dengan semangat aku mulai mendorong ke depan, menarik, mendorong, menarik terus menerus seiring dengan gerakanku. Gerakannyapun berlawanan dengan gerakanku, setiap aku mendorong ke depan ia mendorong pantatnya ke arahku diiringi desahan dan leguhan dari mulutnya. 'uugghh.., aahh.., Sshshhss.., oohh.., uugghh..'. Tiba-tiba ia berteriak, 'Iwaann.., sshh.., oohh', aku merasakan sesuatu keluar dari dalam lubang kemaluannya tapi, 'oohh.., oohh.., aacchh.., Gitt.., aakku..'. Akupun merasakan kenikmatan yang tiada bandingannya seiring dengan keluarnya cairan dari dalam punyaku. 'oohh.., uugghh', banyak sekali cairanku keluar. 'Terus Wan.., keluarin semuanya..', pinta Gita. Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi berdiri. Aku langsung telentang di kasur, sedangkan Gita langsung memelukku dan menaruh kepalanya di dadaku. 'Gita sayang sama Iwan', hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku. 'Iwan juga sayang sama Gita', kataku. Akhirnya sejak itu aku dan Gita resmi pacaran.Tamat